Berada disalah satu jalur bersejarah yang terbentang luas dan panjang di sisi utara pantai utara jawa (pantura). Di kelilingi beberapa kabupaten dan kota seperti Jepara, Pati dan Demak, setiap orang akan melewatinya jika sedang melakukan perjalanan dari Jakarta ke Surabaya pun sebaliknya. Sebuah tempat yang luasnya terkecil se provinsi Jawa Tengah, dimana tradisi dan budaya telah lahir dan berjalan selama berabad-abad lamanya disana. Masyarakatnya damai rukun dalam setiap perbedaan, Cina, Jawa, Arab semuanya membaur jadi satu. Sebuah kota yang menurut sejarah berdirinya terinspirasi dari negeri timur tengah nan jauh disana.
Kudus adalah sebutan dari tempat tersebut, kabupaten yang mempunyai slogan Kota Kretek, Kota Santri dan Jerussalem Van Java. Letak geografisnya yang berada di sebelah utara ibu kota provinsi Jawa Tengah (Semarang) membuatnya menjadi salah satu jalur yang ramai dilewati kendaraan dari arah barat menuju timur maupun sebaliknya. Ya, karena Kudus berada tepat di jalur pantai utara jawa (pantura). Sehingga wajar saja kalau para pengendara motor atau mobil banyak yang memanfaatkan kota Kudus sebagai tempat transit untuk melepas lelah.
Sejarah berdirinya kota Kudus pun juga panjang, datangnya seorang yang bernama Ja'far Shodiq orang biasa mengenalnya dengan sebutan Sunan Kudus dari negeri Palestina dengan membawa pesan untuk menyebarkan agama Islam telah menjadi suatu rahasia akan sejarah itu sendiri untuk di teliti dan dipelajari lebih lanjut.
Dimana Sunan Kudus membawa sebongkah batu yang kemudian menjadi prasasti dan saat ini berada di dalam bangunan Masjid Al-Aqsha sekarang biasa disebut Masjid Menara Kudus. Dari sanalah lahir kebiasaan kemudian menjadi tradisi dan budaya yang mengubah peradaban masyarakat Kudus yang mana pada saat itu masih banyak yang menganut ajaran agama Hindu dan Budha, sehingga yang terjadi Sunan Kudus mencoba menerapkan dakwah penyebaran agama Islam dengan cara membaur dalam kata lain adalah akulturasi budaya, hasilnya sekarang bisa dilihat berdirilah sebuah bangunan yang berdiri tegak dan menjulang tinggi ke atas, sebuah bangunan yang seakan membawa pesan perdamaian.
Bangunan yang menjulang tinggi di tengah kota itu adalah menara yang telah dibangun oleh Sunan Kudus dengan tidak melupakan budaya yang sudah ada waktu itu, dan jadilah sebuah bangunan menara yang unik karena dilihat dari segi arsitekturnya terdiri dari beberapa simbol-simbol budaya seperti piring-piring yang melingkari menara mewakili budaya Cina, dari segi bangunan lainnya juga menandakan sebuah simbol yang mirip dengan pura mewakili agama Hindu dan Budha, semua itu menjadi satu kesatuan yang mempertegas adanya akulturasi budaya dan memperkokoh nilai-nilai toleransi antar umat beragama.
Kini kotaku dimana aku dilahirkan dan dibesarkan bernama Kudus secara perlahan tetapi pasti telah menjelma menjadi sebuah kota yang bisa dikatakan maju dan makmur, hal itu terlihat dari menjamurnya industri-industri baik bersifat rumahan maupun perusahaan berskala besar. Selaras dengan slogannya "GUSJIGANG" yang mempunyai singkatan dari "Bagus Akhlaknya, Pintar Mengaji dan Berdagang".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H