Lihat ke Halaman Asli

Shofwan Karim

DR. H. Shofwan Karim Elhussein, B.A., Drs., M.A.

Kontradiksi Populisme Eksklusif-Inklusif

Diperbarui: 4 Februari 2022   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merawat Silaturrahim (Foto: Dok/SK)

Kongtradiksi  Populisme Eksklusif-Inklusif

Oleh Shofwan Karim

Istilah populisme ekslusif (Exclusive Populism) di dalam wacana tulisan ini  adalah diksi pinjaman dari Rober W Hefner (2016).

Guru Besar Universitas Boston ini menggambarkan era Donald Trump (DT), Presiden Amerika 2014-2018. DT terkenal populis, sangat dekat dengan rakyat dan popular karena teriakan dan  programnya yang menolak pihak lain. Kini menjadi kenangan.

Pendahulu Joe Biden ini  memainkan isu sensitive. Seperti Islamofobia, anti imigran, anti Meksiko dan   Latino. Pada Tahun 2017 DT  melarang rakyat 7 negara muslim masuk Amerika. Ke-7 negara itu adalalah  Iran, Irak, Suriah, Yaman, Sudan, Somalia dan Libya.

 Untuk meredam masuknya imigran dari Meksiko dan Latin Amerika , DT pada  Tahun 2017  juga meminta senat Amerika mengesahkan rencana pembangunan tembok raksasa pembatas antara Amerika dan Meksiko.

Bagi kalangan tertentu di Amerika, DT sangatlah popular. Terutama dari kalangan pendukung Partai Republik, dari mana DT berasal. Seorang  presiden terkaya Amerika 2,5 abad ini.

Partai Republik dengan ideologi konservatisme  sangat kaku terhadap yang berbau asing.

Kunto (2020)  menyebutkan bahwa ada empat pandangan yang dianut oleh konservatisme.

Pertama,  negara harus melindungi warga negaranya dari negara lain secara ketat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline