Lihat ke Halaman Asli

Shofiyatul Ummah

Comparative law student

Korelasi Kekayaan dan Kebahagiaan?

Diperbarui: 25 April 2023   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Perkembangan pola hidup masyarakat dunia turut berkontribusi terhadap berevolusinya standar kebahagiaan setiap orang, yang semula standarnya sangat sederhana seperti sekedar kehangatan berkumpul dengan keluarga dan tercukupinya makanan sehari-hari, kini standar tersebut berubah menjadi lebih kompleks dan lebih materialistik, jabatan tinggi, rumah mewah, pekerjaan mapan dan baju yang brandid. 

Asumsi umum masyarakat menjadikan kekayaan sebagai standar kebahagiaan seseorang, seberapa kaya seseorang, seberapa mapan pekerjaan yang ia miliki, seberapa brandid pakaian serta aksesoris yang ia miliki maka segitulah kebahagiaan yang ia rasakan, padahal kenyataannya banyak milliader yang masih tidak bisa menemukan kebahagiaan bahkan tidak puas dengan hidupnya.

Mengaitkan antara kekayaan dan kebahagiaan bukan hal yang secara total salah sebab memang banyak penelitian  yang menjelaskan bahwa setidaknya ada korelasi positif antara kekayaan dan kebahagiaan, yang tidak dapat dibenarkan adalah jika menjadikan standar kebahagiaan itu dengan kekayaan itu sendiri sebab kaya hanya merupakan satu dari sekian banyak faktor yang menopang kebahagiaan namun bukan satu-satunya. 

Harta dan kebahagiaan adalah dua hal yang berbeda, harta adalah sarana kehidupan sedangkan kebahagiaan adalah persaan senang dan kepuasan dalam hati seseorang,  secara tidak langsung semakin hati seseorang tidak merasakan kepuasan dan tidak merasa senang, maka kebahagiaan akan semakin sulit didapatkan. Memang tidak ada standar baku tentang makna kebahagiaan dan bagaimana cara menggapai kebahagiaan, namun dalam hal ini ulama' menjelaskan bahwa kebahagiaan yang abadi justru didapat dengan tidak menggantungkan hati terhadap hal duniawi apun, dan hanya menjadikan munajat kepada Allah sebagai kebahagiaan satu-satunya.

Mudahnya  bahagialah karena Allah dan dengan Allah, maka dalam kondisi apapun kita akan selalu merasa bahagia, meski dalam kondisi tidak bergelimang harta. Sekali lagi kebahagiaan adalah prespektif dan cara pandang, bahagia itu sederhana yang tidak sederhana adalah standar kebahagian yang kita tetapkan.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline