Lihat ke Halaman Asli

Shofira Pertiwi

Akademisi Ilmu Komunikasi

Mengungkap Ketimpangan Gender di Era Digital : Perspektif Kartini dan Teori Kritis

Diperbarui: 14 Desember 2024   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketimpangan gender adalah isu yang terus relevan meski kita telah memasuki era digital. Di satu sisi, perkembangan teknologi membuka peluang baru bagi perempuan untuk berpartisipasi di ruang publik. Di sisi lain, patriarki justru menemukan bentuk baru dalam dunia maya, seperti melalui pelecehan siber (cyber harassment) dan stereotip gender. Dalam perspektif Kartini, tokoh emansipasi perempuan Indonesia, fenomena ini menuntut kritik mendalam dan aksi transformatif.

Kartini adalah pelopor gagasan kesetaraan gender di Indonesia. Dalam surat-suratnya yang terkumpul dalam Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini mengkritik sistem sosial yang membatasi perempuan hanya pada peran domestik. Ia memandang pendidikan sebagai alat utama untuk membebaskan perempuan dari belenggu patriarki.

Pandangan ini sejalan dengan teori kritis, yang berusaha membongkar dominasi dan ketidakadilan struktural dalam masyarakat. Teori kritis bertujuan untuk:

Mengungkap Ideologi Dominan: Mengidentifikasi bagaimana nilai-nilai patriarkal tetap bertahan.

Membongkar Ketimpangan Struktural: Menyoroti hambatan sistemik yang menghalangi perempuan untuk maju.

Mendorong Transformasi Sosial: Mengupayakan perubahan melalui pendidikan dan kesadaran kritis.

Fenomena Sosial: Ketimpangan Gender di Dunia Digital

Era digital membawa perubahan signifikan dalam kehidupan sosial dan budaya. Namun, perempuan sering menghadapi berbagai bentuk diskriminasi baru di dunia maya. Berikut adalah beberapa contoh ketimpangan gender yang relevan:

Akses terhadap teknologi menjadi tantangan besar, terutama bagi perempuan di daerah terpencil. Kurangnya pendidikan teknologi memperburuk marginalisasi ini.

Dalam pandangan Kartini, pendidikan adalah kunci emansipasi. Literasi digital menjadi penting untuk memastikan perempuan dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat digital.

Banyak perempuan menjadi korban pelecehan berbasis gender di media sosial, seperti body shaming, ancaman, hingga penghinaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline