Lihat ke Halaman Asli

Shofi AtunNimah

mahasiswa farmasi

Pengaruh Ekstrak Etanol daun Ceremai terhadap Peningkatan dan Penurunan Ekspresi Protein Cox-2 pada Sel Payudara

Diperbarui: 22 Desember 2022   07:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Uji Aktivitas Sitotoksik 

Uji aktivitas sitotoksik dilakukan untuk menentukan ketoksikan ekstrak etanol daun ceremai (EEDC) yang dinyatakan dalam parameter IC50. Nilai IC50 menunjukan konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50% populasi sel. Semakin tinggi nilai IC50 maka senyawa tersebut semakin tidak toksik (Zamaniyah., 2018). Pelarut DMSO (Dimetil sulfoksida) digunakan untuk membuat larutan uji sampel EEDBM karena DMSO telah digunakan secara luas untuk melarutkan senyawa polar maupun non polar dan tidak bersifat sitotoksik. Berdasarkan penelitian violante et al., 2002, tidak ditemukannya efek sitotoksik DMSO dengan kanker diatas 10% pada sel CaCO2/TC7. Menurut FDA, DMSO dikategorikan sebagai pelarut kelas tiga yang memiliki resiko lebih rendah pada manusia (Gaylord Chrmical's., 2015). Penelitian uji sitotoksik EEDBM terhadap sel kanker payudara T47D menggunakan metode MTT. Metode ini dipilih karena merupakan uji yang sensitif, kuantitatif dan terpercaya (Basmal et al., 2009). Prinsip dari metode MTT adalah terjadinya reduksi garam kuning tetrazolium MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5- difeniltetrazolium bromida) menjadi kristal formazen bewarna unggu oleh enzim suksinat dehidrogenase yang terdapat dalam jalur respirasi sel pada mitokondria (Rahmawati et al.,2013).

 Reaksi antara MTT dengan enzim reduktase suksinat tetrazolium merupakan reaksi enzimatis yang berlangsung continue sehingga diperlukan larutan stopper (SDS 10% dalam HCl 0,01N) untuk menghentikan reaksi tersebut. Pada perlakuan, sel Widr yang hidup ditandai dengan terbentuknya kristal formazan bewarna unggu, hasil dapat dilihat pada gambar :Kristal formazan unggu yang larut dalam SDS kemudian diukur absorbansinya dan disajikan dalam bentuk grafik % viabilitas sel dengan kosentrasi EEDC (tabel I). Berdasarkan grafik % viabilitas sel semakin meningkat seiring dengan berkurangnya kosentrasi. 

Adapun konsentrasi yang digunakan adalah 1000; 500; 250; 125; 62,5; 31,25 g/mL. Berdasarkan lima konsentrasi tersebut didapatkan persamaan regresi linier y = -0,0006x + 0,6011 dengan R = 0,9921, sehingga didapatkan nilai IC50 sebesar 168,5 mg/mL dapat dilihat pada gambar 8. Menurut Prayong et al(2008) aktivitas sitotoksik dibagi menjadi 3 berdasarkan nilai IC50 yaitu IC50<100 g/mL merupakan sitotoksik potensial, IC50 100--1000 g/mL adalah sitotoksik moderat dan tidak memiliki aktivitas sitotoksik jika IC50> 1000 g/mL. Oleh karena itu, berdasarkan golongan nilai IC50 EEDC tergolong dalam aktivitas sitotoksik yang moderat terhadap antikanker. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline