Lihat ke Halaman Asli

Belajar Sejarah lewat Candi Surowono

Diperbarui: 22 Maret 2018   02:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian atas Candi Surowono (dokpri)

Candi hindu yang terletak di desa Canggu dusun Surowono Kecamatan Badas Kabupaten kediri yang nama asli candi ini adalah Wishnubhawanapura, tapi karena terletak di desa surowono, candi ini popular dengan nama Candi Surowono. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad 14 untuk memuliakan Bhre Wengker, Bhere Wengker merupakan seorang raja dari Kerajaan Wengker yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Bagian samping candi Surowono (Dokpri)

Candi ini tidak terlalu besar hanya sekitar 8x8 meter. Candi Surowono ini masih berdiri kokoh meskipun usianya sudah 618 tahun. Karena lamanya Bagian candi-candinya pun sebagian sudah hilang akan tetapi tetap didekontruksi ulang serta bagian kecil-kecil Candi di letakkan serasi di pinggir-pinggir candi yang besar.

jalan menuju candi (Dokpri)

Karena  Candi berada dekat dengan Pare, yang mana Pare adalah daerah yang penuh dengan tempat kursus bahasa (Pare sering disebut kampung inggris) , maka tak heran jika didalam lingkungan candi surowono banyak pengunjung terutama dari kalangan pelajar. Ditambah Masuknya pun hanya dengan membayar seikhlasnya saja.

Sumber : Swetadwipa.com

Ketika masuk ke altara candi kita akan melihat papan-papan yang berisi pengetahuan mengenai sejarah candi serta apapun yang berkaitan dengan candi. Selain itu suasana yang asri juga menambah nilai plus candi ini. Selain belajar Sejarah ketika berkunjung ke Candi Surowono ini, Pengunjung juga dapat menaiki Candi dan bersua foto diatasnya.

Pengunjung dapat beristirahat di dekat rerimbuan pohon (Dokpri)

Perawatan yang diberikan kepada Candi Surowonopun sepertinya cukup bagus, karena lingkungannya terlihat bersih meskipun pengunjungnya semakin siang semakin banyak. Akan tetapi karena tidak adanya tempat istirahat yang memadai serta fasilitas seperti kamar kecil serta Warung-warung atau penjual makanan yang juga tidak ada. Wisata Sejarah ini seakan menjadi kurang diminati, sehingga yang akan datang kesini kurang lebih hanya pengunjung yang asalnya dari para pelajar saja untuk mengatasi rasa keingintahuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline