Lihat ke Halaman Asli

Shoffan Maulana

Universitas Airlangga

Transformasi UKM Indonesia di Masa Krisis, Semakin Adaptif atau Bertambah Kritis?

Diperbarui: 16 Oktober 2024   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Penulis

Kita semua sudah bersepakat bahwa UKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Penelitian mengungkapkan bahwa 60% lebih PDB nasional berasal dari keringat UKM. 

Fakta tersebut secara tidak langsung menggambarkan bahwa UKM tidak hanya memberikan stabilitas bagi perekonomian dan penggerak Pembangunan ekonomi, namun juga menciptakan peluang bagi jutaan orang di seluruh wilayah Indonesia. 

Anatan & Nur (2023) mengatakan bahwa UKM memiliki peran yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan menjadi fondasi utama bagi sebagian besar keluarga di Indonesia untuk mencukupi kebutuhan hidup (T. Tambunan, 2020). 

Oleh karena itu, dengan peran UKM yang begitu penting dan pengaruhnya yang besar, memahami tantangan serta bagaimana mereka melewati krisis ekonomi menjadi pengetahuan penting bagi masyarakat Indonesia agar lebih siap dan adaptif di masa mendatang.

Krisis Moneter 1997/98: Pelajaran dari Masa Lalu

Dalam krisis ekonomi tahun 1997-1998, beberapa UKM mampu bertahan dengan mengalihkan ke pasar domestik. Namun hal ini berbeda dengan sektor usaha yang menggunakan bahan baku impor. 

Beberapa sektor usaha yang mengandalkan bahan baku impor (baik perusahaan besar hingga UKM), mengalami kerugian yang cukup signifikan akibat dari depresiasi mata uang rupiah yang cukup tajam dan guncangan ekonomi global. Mereka terpaksa menggunakan bahan baku lokal (substitusi bahan baku) untuk bertahan meskipun kualitas produk menurun atau lebih rendah.

Diversifikasi dengan mengalihkan pasar ke wilayah domestik menjadi pilihan yang terbaik karena depresiasi mata uang lokal menyebabkan barang yang sama akan lebih terjangkau daripada barang impor yang sama. 

Selain itu, pada barang konsumen (Fast Moving Consumer Goods/FMCG) sehari-hari dapat dipenuhi di pasar lokal dengan memanfaatkan pengolahan langsung dari dalam negeri yang tidak terpengaruh dengan produk impor. 

Sedangkan Langkah substitusi dengan cara mengganti komponen impor dengan komponen lokal juga dapat menekan kerugian atas nilai mata uang yang terdepresiasi. Meskipun tidak semua dapat digantikan dengan komponen lokal, strategi substitusi dapat mengurangi kerugian yang terjadi di pasar lokal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline