Lihat ke Halaman Asli

Shodiq Nur Maulana

Mahasiswa Universitas Sebelas Maret

Sekolah atau Neraka? Realita Bullying pada Anak Berkebutuhan Khusus

Diperbarui: 16 Oktober 2024   19:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bullying merupakan salah satu permasalahan yang menjadi permasalahan utama di kalangan anak-anak dan sayangnya seringkali anak berkebutuhan khusus menjadi sasaran utama. Penyandang disabilitas fisik, ketidakmampuan belajar, atau kondisi lain yang membuat mereka berbeda sering kali diperlakukan dengan buruk oleh teman sebayanya. Akibat yang ditimbulkan dari perundungan bisa sangat serius, tidak hanya ketika kejadian tersebut terjadi tetapi dapat berlangsung hingga dewasa. Mari kita bahas lebih lanjut dampak psikologis yang dialami anak-anak berkebutuhan khusus dan bagaimana pengalaman saya dapat menjelaskan topik ini.

Saya sendiri menyaksikan situasi yang membuat miris hati saya ketika saya masih di sekolah dasar. Di sekolahku, ada teman sekelas yang mempunyai keadaan khusus. Ia sangat baik namun sering menjadi sasaran ejekan anak-anak lain. Saya ingat dengan jelas bagaimana anak-anak lain menghinanya dan menertawakannya di belakang. Saat itu saya merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, juga karena saya masih belum dewasa. saya ingin melindunginya tapi aku juga takut dianggap orang aneh oleh teman-temanku. Melihat dia tersenyum di tengah godaan, perasaanku campur aduk. Aku tahu dia merasa terluka tapi aku tidak berani bertindak.

 

Pengalaman ini menyadarkan saya betapa bullying dapat menghancurkan rasa percaya diri seseorang. Anak-anak yang di-bully, terutama yang berkebutuhan khusus, sering kali memiliki rasa percaya diri yang rendah. Pada awalnya, mereka mungkin percaya diri dan ceria, tapi setelah diejek dan diperlakukan tidak adil, mereka mulai meragukan diri sendiri. Saya menyaksikan teman saya perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan , menjadi lebih pendiam, dan bahkan berhenti bermain di luar saat jam istirahat. Hal ini jelas menunjukkan bahwa perundungan yang dialaminya berdampak besar terhadap cara pandangnya terhadap dirinya.

 

Selain itu, dampak bullying juga dapat menimbulkan masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Anak-anak yang sering di-bully mungkin akan merasa tertekan dan stres. Anak-anak mungkin merasa tidak nyaman di sekolah dan perasaan cemas ini mungkin berlanjut hingga dewasa. Pada kasus teman saya, saya melihat dia mulai kehilangan semangat belajar dan berinteraksi dengan teman lainnya. Semua ini membuat saya berpikir: “Apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka?”

 

Dampak emosional dari perundungan juga sangat nyata. Anak berkebutuhan khusus yang menjadi korban bullying seringkali kesulitan mengendalikan emosinya. Mereka mungkin menjadi lebih agresif atau bahkan menarik diri dari interaksi sosial. Misalnya, ada kalanya saya melihat teman saya marah tanpa alasan yang jelas. Jelas sekali, semua ini bermula dari rasa frustrasi dan tekanan yang dia rasakan karena dilecehkan. Ketidakmampuan mengatasi perasaan tersebut jelas akan menghambat pembelajaran dan perkembangan sosialnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline