Saat ini saya sedang menempuh pendidikan pascasarjana di UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, sebuah perjalanan akademik yang membawa saya ke titik refleksi mendalam mengenai pentingnya ilmu pengetahuan yang hakiki. Dalam proses belajar tersebut, saya sangat beruntung bisa bertemu dengan sosok yang begitu inspiratif, Prof. Dr. Mudjia Rahardjo, M.Si., CIQnR., CISHR. Sosok inspiratif dan pakar terkemuka dalam dunia riset, khususnya dalam penelitian kualitatif.
Prof. Mudjia Rahardjo bukan sekadar seorang dosen; beliau adalah figur yang sangat dihormati di dunia akademik Indonesia. Kepakarannya dalam bidang metodologi penelitian, terutama penelitian kualitatif, menjadikannya sumber ilmu yang sangat berharga bagi siapa pun yang memiliki kesempatan untuk belajar langsung darinya. Berbekal pengalaman panjang dan kontribusi signifikan di dunia akademik, Prof. Mudjia telah menanamkan pondasi penting dalam pemahaman saya tentang esensi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya. Salah satu pelajaran berharga dari beliau adalah bahwa penelitian tidak hanya tentang mengumpulkan data, tetapi tentang mengupas makna yang mendalam di balik data tersebut.
Dalam setiap perkuliahan, beliau selalu menekankan pentingnya ketelitian, analisis yang mendalam, dan pemahaman metodologi yang kokoh. Beliau sering mengatakan bahwa seorang peneliti sejati tidak boleh merasa puas hanya dengan pemahaman permukaan. Ilmu harus digali sedalam mungkin, dengan segala kerumitan dan nuansanya. Dalam metodologi penelitian, menurut Prof. Mudjia, penguasaan teori dan data bukanlah akhir, tetapi awal dari upaya untuk mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang lebih luas dan lebih dalam.
Hal yang paling menginspirasi saya adalah cara beliau menghubungkan metodologi penelitian dengan realitas sehari-hari. Prof. Mudjia bukan hanya ahli yang memaparkan teori-teori, tetapi juga menghidupkan teori tersebut dalam praktik. Dalam pandangannya, penelitian adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen dan dedikasi penuh. Bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam semalam, tetapi melalui proses yang bertahap, cermat, dan disiplin. Beliau menggambarkan penelitian sebagai sebuah seni memahami manusia dan fenomena sosial, di mana keterampilan analitis harus didukung dengan sensitivitas intelektual dan etika yang kuat.
Dalam bimbingan beliau, saya belajar bahwa keahlian dalam riset kualitatif menuntut lebih dari sekadar kemampuan teknis. Seorang peneliti harus mampu melihat konteks yang lebih luas, memahami keterkaitan antar-variabel, serta menggali makna yang tersembunyi di balik fakta-fakta yang ada. Pendekatan ini menginspirasi saya untuk tidak pernah puas dengan jawaban yang mudah, tetapi terus menggali pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam dan kompleks. Kepiawaian Prof. Mudjia dalam memadukan berbagai teori dan pendekatan kualitatif membuat saya semakin memahami bahwa penelitian bukan hanya alat untuk mencapai gelar, melainkan cara berpikir dan memahami dunia secara lebih mendalam.
Pengalaman saya belajar di bawah bimbingan Prof. Mudjia juga mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan tidak boleh dipahami secara superficial atau sekadar mengejar kepuasan instan. Dalam sebuah era di mana informasi dapat diperoleh dengan mudah melalui internet, kita sering terjebak dalam kesalahpahaman bahwa informasi sama dengan pengetahuan. Padahal, sebagaimana sering diingatkan oleh beliau, pengetahuan sejati memerlukan waktu, kedalaman analisis, serta proses verifikasi yang ketat.
Berkaca dari perjalanan Prof. Mudjia yang luar biasa, saya tersadar bahwa ilmu yang sesungguhnya membutuhkan ketekunan dan kerja keras. Banyak orang yang saat ini berbicara dan membagikan informasi tanpa otoritas atau pemahaman yang mendalam dalam bidang yang mereka komentari. Fenomena ini, menurut Prof. Mudjia, berbahaya karena dapat menciptakan kebingungan dan menyesatkan orang lain. Beliau kerap menekankan pentingnya otoritas ilmiah dalam berbicara, baik di ruang akademik maupun di publik. Hal ini membuat saya semakin paham, bahwa untuk menjadi seorang peneliti yang berkontribusi nyata bagi masyarakat, kita harus membangun reputasi melalui kualitas riset yang kita lakukan, bukan hanya melalui popularitas semu yang mungkin kita dapatkan di dunia maya.
Refleksi saya terhadap kepakaran dan dedikasi beliau dalam dunia penelitian membawa saya pada kesimpulan bahwa keparan ilmu pengetahuan memang mulai redup di tengah gempuran informasi digital yang deras. Ketika banyak orang berbicara tanpa dasar pengetahuan yang memadai, ruang publik pun menjadi penuh dengan kebingungan. Untuk itu, pengalaman belajar dengan Prof. Mudjia semakin memotivasi saya untuk menghargai kedalaman ilmu dan pentingnya proses berpikir yang kritis dan reflektif.
Sebagai seorang akademisi muda, saya merasa sangat beruntung bisa dibimbing oleh beliau. Prof. Mudjia Rahardjo telah menunjukkan dengan teladan nyata bahwa ilmu pengetahuan sejati adalah tentang penguasaan mendalam, pemikiran kritis, dan integritas akademik. Dalam setiap langkah yang saya tempuh di dunia akademik, saya selalu mengingat kata-kata beliau bahwa “pengetahuan yang tidak diiringi dengan pemahaman mendalam hanya akan menjadi sekadar informasi yang hilang ditelan zaman.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H