Lihat ke Halaman Asli

Ibu Kota Jakarta yang Tidak Terlepas dari Urbanisasi

Diperbarui: 9 November 2021   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ibukota Jakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat daerah untuk pindah ke kota guna memperbaiki kehidupan mereka yang lebih layak. Karena, yang kita ketahui Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia juga sebagai pusat ekonomi dan bisnis. Di sisi lain, kurangnya lapangan pekerjaan didaerah menjadi faktor bagi masyarakat daerah semakin gencar pindah ke Ibu Kota Jakarta.

Tinggal Kota Jakarta yang di gambarkan begitu gemerlap layaknya kota impian, fasilitas yang ada begitu lengkap dan canggih, pekerjaan yang bervariasi sehingga memungkinkan untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah serta memperoleh gaji yang menggiurkan. Sehingga membuat laju urbanisasi semakin meningkat disetiap tahunnya. Akan tetapi, laju urbanisasi yang terus meningkat tidak diimbangi dengan lahan yang ada. Sehingga banyak penduduk baru yang tinggal didaerah kumuh ataupun daerah yang tidak semestinya untuk ditinggali, karena keterbatasan biaya dan mahalnya akan biaya sewa rumah di Jakarta.

Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil pada tahun 2020 mencatat sebanyak 7.421 jiwa penduduk yang berimigrasi ke Kota Jakarta. Sebanyak 3.537 penduduk laki-laki dan 3.884 penduduk perempuan yang datang dan bermukim di Kota Jakarta. Kebanyakan para penduduk baru bertempat tinggal di daerah Jakarta Timur.

Masyarakat yang ada didesa juga ingin tahu dan merasakan seperti apa Ibu Kota Jakarta. Dari suasana, pelayanan yang diberikan maupun kehidupan yang ada di Kota Jakarta. Sehingga banyak dari mereka, yang pada awalnya hanya datang untuk berlibur menjadi menetap di Ibu Kota, agar bisa merasakan hal itu dalam jangka waktu yang panjang.

Mengadu nasib di Jakarta seakan itu adalah pilihan terakhir masyarakat daerah untuk meningkatkan taraf hidup. Kenyataannya, Jakarta bagaikan tombak bagi mereka yang tidak memiliki keterampilan atau tidak memiliki SDM berkualitas dan berwawasan luas. Mereka yang tidak memiliki SDM yang berkualitas akan tersingkarkan dan menjadi  buruh lepas atau menjadi pedagang di Ibu Kota Jakarta. Tidak dipungkiri penghasilan yang mereka dapatkan mungkin lebih besar dibandingkan penghasilan di daerahnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, pengangguran terbuka di DKI Jakarta mencapai 10,95 persen atau setara 572.780 jiwa.

Dan fakta mendapatkan pekerjaan di Jakarta tidak semudah apa yang dibayangkan. Banyaknya para pendatang mencari pekerjaan, tidak sejalan dengan ketersediaan pekerjaan yang ada, sehingga menimbulkan bertambahnya pengangguran di Ibu Kota Jakarta. Juga, para pendatang harus  bersaing dengan masyarakat yang memang sudah tinggal di Jakarta. Dan kemungkinan besar bertambahnya kriminalitas  dan gelandangan di Ibu Kota semakin meningkat.

Pastinya para penduduk baru tidak terlepas dari alat transportasi, banyak dari mereka yang membawa kendaraan seperti motor ke Kota Jakarta, yang katanya supaya lebih menghemat. Tetapi bukannya menghemat  yang ada malah menjadi konsumtif, karena setiap hari mereka selalu menghadapi kemacetan di Ibu Kota Jakarta. Dan semakin memperburuk kemacetan yang sudah ada di Ibu Kota Jakarta.

Masyarakat yang melakukan urbanisasi memiliki harapan yang besar, karena mereka melihat orang yang merantau di Jakarta menjadi sukses di kampung halamannya. Dan mereka semakin yakin dan terpacu bahwa mereka juga bisa meraih kesuksesan di Ibu Kota Jakarta. Fakta itu menjadi salah kaprah bagi kebanyakan masyarakat daerah yang meyakini bila orang yang merantau itu sukses dan berhasil di Jakarta, padahal pada kenyataannya belum tentu seperti apa yang mereka bayangkan.

Walaupun begitu, urbanisasi memberi dampak kepada perekonomian. Salah satunya membuat pendapatan per kapita di Indonesia tumbuh menjadi 1,4 persen. Tetapi karena kurangnya  sarana yang memadai untuk kegiatan ekonomi, membuat sulitnya pengembangan kota. Seperti air bersih. Air bersih yang ada di Kota Jakarta kurang mencukupi karena penduduk yang terus bertambah disetiap tahunnya. Air tanah yang ada di Jakarta mulai tercemar karena masuknya air laut kedalam tanah. Sehingga dibeberapa daerah mengalami kesulitan air.

Urbanisasi juga memiliki dampak kepada desa yang ditinggalkan. Sehingga ketersediaan sumber daya manusia berkurang didaerah. Dengan begitu, siapa yang akan mengelolah sumber daya alam bila masyarakat daerah terus berpindah ke Kota Jakarta. Dengan demikian, dapat berpengaruh pada arus perekonomian yang ada di daerah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline