Lihat ke Halaman Asli

This is My Life

Diperbarui: 22 Februari 2020   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Namaku Nisa, biasa dipanggil Ica dan aku pelajar SMA disalah satu sekolah ternama diBandung. Aku berasal dari keluarga yang tidak harmonis dan memang awalnya sedih sih tapi ya harus gimana lagi.

Aku mempunyai Kakak tiri yang bernama Nayla dan Niko. Semua itu terasa mimpi bagiku, tapi ternyata semuanya nyata dan tidak seindah yang kubayangkan. Dan aku mempunyai tiga sahabat, yaitu Sela, Sindi, dan Resa.
****
 Ku seruput segelas minuman kesukaanku yaitu coklat panas yang selalu dibuatkan oleh asisten rumah tangga dirumahku, panggil saja Bi Ijah. Cepat-cepat aku pergi ke sekolah karena sudah terlambat padahal rumahku dekat dengan sekolah. Tetapi, entah mengapa aku sering terlambat dan lalu dipulangkan bahkan dihukum oleh satpam.

Sepulang sekolah, aku terdiam sejenak diteras depan rumah. Aku mendengarkan suara bentakan, tangisan bahkan tamparan yang membuatku risau. "Ada apa ini?" sambil aku membuka sepatu dan masuk ke rumah.

Saat aku masuk lalu semuanya hening. Mama dan Papa langsung bergegas masuk kedalam kamar. "Mah.. Pah.." kataku. Mereka tidak menjawab perkataanku, "Ya udah Ica ke atas dulu ya" kataku melanjutkan pembicaraan tadi. "Iya sana" jawab Papah.

 Beberapa hari kemudian, saat disekolah orang tua ku menelfon lewat guru bk. Dan aku disuruhnya pulang, aku tidak tau mengapa aku diharuskan pulang "gak biasanya, bye aku balik dulu ya Resa, Sindi, Sela (sambil berjalan pulang)"kataku kepada teman temanku. "Oke see you" saut salah satu temanku.

Saat akan membuka pintu rumah, dari arah yang berlainan Papah dan Mamah datang membawa sebuah surat entah apa itu, "Mah, Pah, kenapa?" kataku. Dengan mata Mamah yang berkaca-kaca Mamah menjelaskan apa yang terjadi. Papah hanya terdiam dan mengelus-elus rambutku. "Kamu harus mengerti ya nak" kata Papahku.

Aku pun terdiam dan terkejut, "Aku harus bagaimana pah, mah" kataku sambil menangis. "Kamu harus bisa memilih mau ikut sama Papah atau sama Mamah?" Jawab Mamah dengan nada menahan tangisan. "Mah kenapa harus gini, Pah kenapa?" kataku. Aku pun menangis tersedu-sedu dan langsung ke kamar.

Dan saat itu aku menulis meluapkan kesedihanku dalam diary tentangku dan keluargaku. Sampai sekarang, diary yang ku tulis dulu masih tersimpan di lemari buku ku. Dan saat itu juga aku memilih untuk tinggal bersama Mamah, dan Kakak-kakakku tinggal bersama Papah.

Kenapa sih Tuhan ngasih cobaan kayak gini? Aku berfikir bahwa Tuhan itu gak adil. Aku pengen kayak temen-temen yang senang dan dimanja oleh orang tuanya. Sedangkan aku? Tidak.
****
Beberapa hari kemudian saat Papah dan Kakakku pergi meninggalkan ku dan Mamahku. Aku bosan, berasa hanya aku saja yang ada dirumah. Mamah ngantor pulang selalu larut malam, terkadang Kakakku sering mampir kerumah untuk menemaniku.

Lalu aku mulai bermain keluar rumah bersama teman-temanku, Sela, Sindi, Resa. Mereka yang selalu ngerti, ngedengerin curhatan aku, ketika aku down mereka selalu menyemangatiku.

Saat itu, kami belum terbiasa dengan kerudung atau jilbab gitu. Kami selalu menghabiskan waktu bersama, seperti nongkrong di Cafe kalo lagi banyak duit atau pun diwarung-warung kalo lagi krisis money. Ternyata dunia luar itu kayak gini ya, seru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline