Memiliki buah hati yang pandai adalah impian seluruh orang tua. Mereka seakan berlomba-lomba melakukan segala cara agar anaknya selalu menjadi yang terbaik. Mulai dari mendaftarkan bimbel, membatasi waktu bemain, hingga meminta anak belajar sampai tak kenal waktu. Mereka selalu menuntut anaknya agar pandai dalam segala bidang, sampai mereka lupa bahwa anak juga butuh bimbingan dalam pembentukan karakter dan pencarian jati diri.
Drs. Johari Efendi, M.Pd (Widyaswara Madya LPMP Aceh) mengatakan bahwa pendidikan karakter bersifat multi-level dan multi-channel. Artinya, pendidikan karakter tidak bisa dilakukan secara instan, harus bertahap mulai dari usia dini hingga beranjak dewasa. Serta multi-channel yang menyatakan bahwa pendidikan karakter tidak bisa hanya dilakukan di sekolah. Lingkungan dan orang tua juga memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter tersebut.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter seorang anak, diantaranya adalah faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik adalah sifat yang diturunkan oleh kedua orang tua kepada anak dan cenderung sulit diubah. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor yang dipengaruhi oleh pergaulan serta pola asuh orang tua. Pembentukan karakter oleh faktor lingkungan ini cenderung fleksibel dan lebih mudah diubah.
Anak sangat memerlukan bimbingan dari orang tua. Apabila orang tua menginginkan anaknya memiliki karakter yang baik, maka orang tua harus mendampingi dan memberikan contoh yang baik pula terhadap sang anak sedari kecil. Dengan begitu, karakter baik tersebut akan menetap hingga anak beranjak dewasa. Lain halnya apabila orang tua cenderung menuntut tanpa mendampingi, sang anak hanya akan melakukan apa yang orang tuanya inginkan tanpa memahami manfaatnya, hal itu akan membuat anak kehilangan rasa percaya diri dan takut mencoba hal baru.
Pembentukan karakter tidak bisa dilakukan dengan singkat. Sebagai role model pertama seorang anak, orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhannya. Mulai dari mengawasi pergaulan di lingkungan sekolah, rumah, hingga memahami tingkat emosional anak. Dengan begitu mereka harus sabar, konsisten serta membimbingnya dengan penuh kasih sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H