Lihat ke Halaman Asli

Ana, Temanku Berbadan Kecil

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi itu aku baru saja pindah ke rumah baruku di jalan belimbing. Ibu dan ayahku sibuk memindahkan barang-barang dan menatanya di rumah baru. Aku tak sempat membantu mereka karena aku sudah terlelap di atas kasurku yang kebetulan sudah dirapikan oleh ibu. Saat itu aku memang merasa sangat letih meski anak seumuranku tidak mungkin mengerjakan pekerjaan berat tapi malam sebelum kepindahanku ke rumah baru, aku telah menghabiskan waktu untuk bermain bersama sepupuku yang kebetulan datang bersilaturahmi saat aku masih di rumah yang lama.
Suara ibu membangunkanku dari tidur yang cukup mengembalikan tenagaku untuk beraktifitas kembali. Saat itu pukul lima sore, aku mendapati keadaan diluar rumah sangat ramai oleh suara. Aku merasa sangat senang karena keadaan ini sangat berbeda dengan kedaan rumahku yang dulu, yang sangat sepi apalagi oleh kumpulan anak-anak seumuranku.

Dengan secepat mungkin aku melaju ke kamar mandi, menyegarkan tubuhku. Setelah semua proses selesai dengan perasaan tidak sabar aku langsung menuju halaman depan rumahku. Disana aku menyaksikan pemandangan yang sangat diharapkan oleh anak berusia 7 tahun sepertiku. Aku mendapati sekumpulan anak kecil berusia kisaran 6 hingga 9 tahun, mereka bermain kejar-kejaran di lapangan depan rumahku. Dengan di dampingi oleh ibu, aku berhasil mendekati anak-anak seumuranku itu. Aku begitu bahagia dengan hari pertamaku dirumah baruku.
Hari berganti hari, aku sudah mempunyai banyak teman. Salah satunya temanku bernama Ana. Dia seorang anak perempuan yang berusia 7 tahun. Kami berteman baik, hampir setiap kegiatan dan permainan yang kami lakukan selalu memiliki kesamaan, hanya saja perbedaan yang menonjol yang membedakan diantara kami adalah ukuran badanku dan ana. Aku mempunyai tinggi dan ukuran badan normal anak-anak seusiaku. Tapi berbeda dengan ana, ana mempunyai tinggi dan ukuran badan yang lebih kecil dibanding dengan ukuran normal. Aku yang sejatinya anak kecil, mempunyai rasa ingin tahu dan penasaran yang tinggi dengan perbedaan yang terjadi pada ana. Aku langsung menanyakannya kepada ibuku, tapi ibu hanya tersenyum. Jawaban singkat yang diberikan ibu hanya ku balas dengan seribu pertanyaan yang kusimpan di dalam pikiran.

Empat tahun sudah persahabatan antara aku dan ana berjalan dengan baik. Sekarang kami berusia 10 tahun. Banyak perubahan yang terjadi pada aku dan Ana, salah satunya aku mendapati tubuhku semakin tinggi dan ukuran tubuhku telah menunjukkan perubahan-perubahan normal yang terjadi pada perempuan setelah menstruasi pertama. Tapi berbeda dengan Ana, sebagai teman baiknya aku mendapati tidak ada perubahan yang terjadi pada Ana baik itu tinggi ataupun ukuran badannya, meskipun saat itu ia telah mengalami menstruasi yang pertama sama sepertiku.

Tahun berlalu, aku pindah ke Bandung dengan alasan karena aku dan ibu harus ikut ayah yang bekerja di Bandung. Aku sangat sedih karena harus berpisah dengan sahabat baikku, Ana. Secara logikaku sebagai seorang anak berusia 10 tahun, aku menyadari suatu perbedaan yang dialami oleh Ana sebagai anak 10 tahun yang mempunyai tinggi dan ukuran badan yang tidak normal, tapi hal itu tidak pernah membuatku untuk menghinanya tapi malah sebaliknya aku sangat menghargai dan menyayanginya sebagai teman.

Aku memulai sekolah tingkat pertamaku (SMP) di Bandung. Saat ini aku mulai merasakan pergaulan anak-anak seusiaku. Aku menikamati masa-masa bersama teman-teman. Meskipun aku berada di tingkat SMP tapi tetap saja tingkahku masih belum jauh berbeda dengan anak SD. Hal seperti ini membuatku cukup merasa yaman dan terjaga dari pergaulan teman-temanku yang sudah mulai meniru pergaulan dewasa.

Dari kecil aku sudah mempunyai kebiasaan untuk memperhatikan sesuatu yang menarik dan menyimpannya menjadi sebuah pertanyaan. Dan pertanyaan-pertanyaan itu satu persatu mulai terjawab, termasuk pertanyaanku tentang Ana, temanku yang memiliki tinggi dan ukuran yang tak jauh berbeda setelah berteman baik denganku selama empat tahun. Sekarang aku duduk di kelas tiga, pelajaran-pelajaran yang ku dapati sudah mulai meningkat dan membuatku tertarik untuk bertanya. Saat itu pelajaran yang dibahas adalah tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang anak yang telah mengalami pubertas. Aku langsung menanyakan pada guruku perihal Ana dihadapan teman-teman yang masih lugu dan malu-malu. Ibu guru menjelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak-anak kelas tiga SMP. Bahwasanya Ana temanku mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibanding dengan anak-anak normal seusianya karena bisa jadi oleh kelainan ataupun oleh gen yang diwariskan oleh orang tuanya.

Setelah bertahun-bertahun pertanyaan ini menggelayut difikiran, akhirnya ku temukan jawabannya saat aku duduk di kelas tiga SMP. Semenjak itu aku sering memikirkan Ana sahabatku, dan aku sungguh sangat merindukannya. :’)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline