Lihat ke Halaman Asli

Shintia Lestari Putri

Universitas Siliwangi

Slogan Wong Cilik dalam Perspektif Pedagang Kaki Lima di Kawasan Cihideng Kota Tasikmalaya

Diperbarui: 27 November 2023   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Slogan "Wong Cilik" yang merupakan salah satu ciri khas dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP menjadi daya tarik penulis untuk dijadikan bahan penelitian. Penulis menghubungkan slogan tersebut dengan Teori Ferdinand de Saussure dalam konsep Semiotika diantaranya tanda/simbol. Tanda/simbol ini meliputi 3 hal yang tidak dapat dipisahkan  yakni Tanda (Sign) yang berupa huruf, bentuk, gerak, dan suara. Tanda dalam hal ini ialah susunan huruf slogan PDIP yakni "Wong Cilik". Kedua, Penanda (Signifer) berupa material bahasa dengan apa yang dikatakan, didengarkan, dan ditulis atau dibaca. Slogan "Wong Cilik" dijadikan sebagai penanda untuk membedakan dengan partai lainnya. Bahwa PDIP memiliki ciri khas tersendiri yang di implementasikan melalui slogan tersebut.

Ketiga, Petanda (Signified) berupa pemaknaan bahasa dengan penggambaran pikiran dan konsep. Dalam hal ini "Wong Cilik" dimaknai dengan beberapa tafsiran diantaranya, bahwa PDIP merupakan Partai yang simpati terhadap masyarakat kecil, partai yang tidak membedakan status sosial masyarakat, partai yang membela dan memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil seperti petani, pedagang, buruh, dan sebagainya.

Bagi sebagian orang slogan "Wong Cilik" ini sudah tidak asing lagi. Akan tetapi ada beberapa orang yang bahkan tidak mengetahui hal tersebut. Maka dari itu Penulis melakukan penelitian sederhana untuk mengetahui apakah masyarakat kecil seperti Pedagang Kaki Lima mengetahui dan merasakan dampak dari adanya slogan yang dibuat oleh PDIP. Penulis melakukan wawancara di daerah Cihideng Kota Tasikmalaya. Karena tempat tersebut merupakan salah satu kawasan yang kerap kali dikunjungi oleh masyarakat dengan latar belakang yang berbeda.

Narasumber yang penulis ambil berfokus pada Pedagang Kaki Lima, karena mereka salah satu bagian yang merepresentasikan slogan PDIP "Wong Cilik". Dimana jawaban dari 10 narasumber tersebut menyatakan tidak mengetahui terkait slogan PDIP "Wong Cilik". Penulis mengajukan beberapa pertanyaan seputar slogan "Wong Cilik". Jawaban salah satu diantara mereka berbeda dengan pemaknaan "Wong Cilik" itu sendiri yang akan membela dan memihak pada masyarakat kecil.

"Saya tidak tahu itu apa, dan saya juga merasa tidak merasakan dampak dari slogan tersebut. Karena begini, ya walaupun mereka punya slogan "Wong Cilik" terus ada program buat wujudkan slogannya tapi saya sebagai Pedagang kecil tidak pernah kebagian, contohnya saja kemarin ada program buat pedagang kecil tapi saya tidak masuk dalam daftar tersebut. Hanya beberapa yang kebagian, sisanya ya berjuang sendiri saja. Harapan saya, masyarakat kecil apalagi pedagang kaki lima seperti saya lebih diperhatikan lagi. Jika ada bantuan pun jangan sampai salah sasaran" Ujar salah satu Pedagang Kaki Lima yang tengah berjualan Cilok di daerah Cihideng,Kota Tasikmalaya [21/11/2023].

Bahkan ada di antara mereka yang merasa takut dengan pertanyaan yang diajukan oleh penulis. Sampai penulis meyakinkan Narasumber bahwa tidak ada unsur lain selain bahan penelitian. Penulis menyimpulkan bahwa masih ada masyarakat yang takut untuk menyuarakan pendapatnya apalagi hal ini berhubungan dengan politik. Jika ada yang berani bersuara diantara mereka pun, jawaban mereka tidak tahu.

Slogan PDIP yang berupa "Wong Cilik" belum bisa sepenuhnya membela dan memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil. Berdasarkan hasil wawancara dari sepuluh orang diantara pedagang kaki lima di daerah Cihideng Kota Tasikmalaya, mereka tidak mengetahui makna slogan PDIP. Hal ini berarti sosialisasi PDIP dalam mengenalkan slogannya dan program-programnya kepada masyarakat belum terlaksana secara menyeluruh. Sehingga penanda dan petanda dari slogan PDIP tidak dapat dimaknai dengan baik oleh sebagian masyarakata kecil terutama pedagang kaki lima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline