Lihat ke Halaman Asli

Shintawati Octaviani

conten creator

Manfaatkan Teknologi untuk Kesejahteraan Petani

Diperbarui: 15 Januari 2022   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi Sumber gambar : Canva

Siapa Pernah Menduga bahwa menjadi petani bisa memiliki penghasilan melebihi pegawai yang bekerja di perkantoran, lalu pertanyaannya adalah  "kok bisa?" ya tentu bisa, bagaimana caranya? Manfaatkan  teknologi informasi. Kondisi saat ini semua serba praktis termasuk dunia pertanian. Era digital menuntut para petani untuk melek teknologi.

Seperti diungkap oleh Praktisi Media Digital, Rulli Nasrullah  dalam sebuah virtual literacy yang digelar oleh PUSTAKA Kementerian Pertanian, Rulli atau yang akrab disapa kang Arul mengungkap keberadaan internet sebagai gudang data telah memberikan kontribusi bagi pembangunan pertanian.

Informasi-informasi tersebut telah meningkatkan produksi komoditas pertanian, utamanya pasca panen yang telah menciptakan peluang ekonomi. Banyaknya aplikasi yang menawarkan pertemuan penjual dan pembeli telah membantu banyak petani milenial Indonesia untuk menjual langsung komoditasnya secara digital dengan bantuan teknologi atau yang biasa disebut e-commerce.

Sudah banyak petani yang  terbantu dengan kehadiran  informasi digital, berbagai flatfoam media sosial seperti facebook, Instagram, twiiter, youtube atau whatsapp telah membantu petani dalam meningkatkan produksi. Berbagai tutorial budidaya telah menjamur di berbagai flatfoam sehingga memudahkan para petani untuk meningkatkan sumberdaya manusia pertanian.

Tidak berhenti sampai disitu, dunia digital telah mengembangkan kemampuan maupun potensi petani serta dapat dimanfaatkan untuk mengedukasi petani melalui aplikasi seperti memprediksi kemungkinan hujan, serangan hama dan penyakit, menyediakan dokumentasi informasi dari keseluruhan aktivitas pertanian sehingga dapat diakses secara global serta medium dalam pertukaran seputar aktivitas pertanian di berbagai tingkat, lokal, nasional bahkan global, serta memotong alur distribusi dari produk-produk pertanian.

Beberapa petani yang sudah sukses menekuni usahanya sebut saja Ulus Pirmawan, Shandi Octa, Shofyan Adi Cahyono, Indri Nurdiana, Ariyadh Prayugo, Al hakim, Didin Silahudin, Wawan, Supardi Sambakene serta Murtono. Mereka adalah petani yang berusia muda atau yang lebih dikenal dengan sebutan petani milenial, pemanfaatan teknologi informasi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan mereka.

Ulus Pirwamawan, petani asal desa Suntenjaya, lembang Bandung Barat, Jawa Barat. Meski lulusan SD ia berhasil menjadi petani sukses berkat kerja keras dan ketekunan yang dimiliki. Bahkan dewasa ini ulus berhasil mengeskpor hasil pertaniannya berupa baby buncis. Selanjutnya ada shandi Octa, petani asal Cianjur Jawa Barat yang berpenghasilan rata-rata ratusan juta per bulan, mengelola lahan, dalam waktu dekat Shandi tengah mengembangkan inovasi agrowisata yang dibuka untuk para pengunjung yang ingin studi banding, kuliah lapang hingga untuk umum dalam bentuk kelompok. tidak hanya itu Sandi tengah menjajaki ekspor ke Timur Tengah.

Kemudian  Sofyan Adi Cahyono seorang lulusan fakultas Pertanian, Universitas Satya Wacana Salatiga yang sukses menekuni bisnis bidang usaha sayur organik. Berawal dari bisnis yang dirintis oleh keluarganya sejak tahun 2006 sampai saat ini, ia mampu menguasai pasar organik dengan omzet 3ratusan juta perbulan. para petani tersebut adalah para petani milenial yang telah memanfaatkan teknologi informasi. Terbukti teknologi informasi mampu mengubah kehidupan petani , jika dahulu penghasilan petani mengkhawatirkan,  kini para petani milenial hadir dengan omzet puluhan bahkan ratusan juta.

Selanjutnya langkah apa yang harus dilakukan oleh petani lainnya agar dapat bersaing di era digital? lamgkah pertama adalah meningkatkan kemampuan dalam penggunaan perangkat, setiap petani dituntut untuk mampu menggunakan perangkat teknologi seperti komputer, laptop,maupun handpohone. Selanjutnya adalah kemampuan dalam mencari informasi, setiap petani harus mulai berselancar mencari informasi, disinilah kemampuan literasi mencari informasi sesuai kebutuhan perlu dilatih.

Tahap terakhir adalah kemampuan menyeleksi informasi , tidak semua informasi sesuai dengan kebutuhan dan benar, saringlah berbagai informasi tersebut, pilihlah informasi yang sesuai, tahap terakhir setiap petani dituntut keprofesionalannya dalam menerapkan informasi. (Sumber Informasi VL PUSTAKA KEMENTAN) https://www.youtube.com/watch?v=zyj_6pYhcDo&t=1255s)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline