Pada 2021 silam, perusahaan teknologi raksasa dunia, Facebook, mengubah namanya secara resmi menjadi Meta. Mark Zuckerberg, CEO (Chief Executive Officer) Meta, menyampaikan bahwa pergantian nama tersebut bertujuan untuk menjadi peruntungan baru yang memperkuat posisi strategisnya di tatanan dunia baru, Metaverse. Berkenaan dengan fakta tersebut, pada 2023 Meta menunjuk SHINTA VR, salah satu perusahaan teknologi imersif Indonesia, untuk menunjang berbagai macam proyek teknologi Metaverse ke depannya.
Metaverse dan Meta
Sebelum mengenal Meta lebih jauh, alangkah baiknya jika kita memastikan mengenali teknologi Metaverse. Dalam kurun lima tahun belakangan, Metaverse disebut merupakan inovasi teknologi mutakhir yang marak dibicarakan beberapa tahun belakangan ini. Metaverse menyediakan dunia virtual dalam tiga dimensi yang imersif. Teknologi Metaverse inilah yang menjadi lirikan bagi Meta untuk terus bergerak di bidang teknologi, terutama Metaverse.
Dalam konteks itu, Meta menggerakkan dan mengakomodasikan prioritas inovasi teknologinya sebagai perusahaan ternama dunia untuk secara intensif mengembangkan Metaverse, yakni ke tingkatan selanjutnya. Karakteristik imersif dari Metaverse tentunya akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan Meta di kemudian hari. Imersivitas tersendiri berarti pengguna mampu mengalami eksistensi realistis ketika memasuki dunia Metaverse.
SHINTA VR
Di lain sisi, negara Indonesia memiliki salah satu perusahaan teknologi yang pada 2022 silam ditunjuk oleh WEF (World Economic Forum) sebagai salah satu pionir teknologi dunia. SHINTA VR menjadi satu-satunya pionir teknologi yang berasal dari Indonesia. Sejauh ini, sejak 2016, SHINTA VR telah berhasil mengerjakan dan mengimplementasikan lebih dari 120 proyek Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) di sekitar 12 negara.
SHINTA VR yang memiliki motto "Making Impact with Immersive Technology" percaya bahwa teknologi imersif yang dikembangkan dapat membawa dampak baik bagi masyarakat luas. Dampak tersebut pun terbukti melalui sekolah-sekolah, institusi pemerintahan, dan lembaga bisnis yang ada di Indonesia yang terbantu berkat produk-produk SHINTA VR seperti MilleaLab, SpaceCollab, dan Virtual Character System. Portfolio tersebut yang menjadi motivasi Meta dalam menunjuk SHINTA VR sebagai salah satu partner kolaborasi demi menciptakan kerja sama Metaverse yang dapat diakses oleh semua kalangan.
Dengan demikian, meskipun Meta merupakan perusahaan teknologi dunia yang sangat besar dan populer, ternyata Meta pun memerlukan bantuan dari perusahaan teknologi yang sedang berkembang. SHINTA VR bersama dengan Meta tentunya akan membawa cahaya terang terhadap kesadaran akan teknologi imersif, khususnya Metaverse. Bertolak dari kesadaran tersebut, kerja sama antara keduanya akan mendatangkan dampak baik bagi semua orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H