Lihat ke Halaman Asli

Sudut Malam

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semakin gelap ...
Ada yang menari - nari pilu di pikiran, entah apa.. Entah kenapa
Lalu dia berlalu begitu cepatnya, seperti hembusan angin malam ini ..
Semakin sempit, semakin suntuk ruangan ini.
Sejenak mata terpejam, aku melihatmu lagi.
Melihat sosokmu tersenyum, kamu malaikatku.
Kekasih abadiku, menemaniku dari mentari terbit sampai tenggelam.
Kamu sahabat pena, mengisi hari- hariku, tanpa bisa terpisahkan lagi. Senyummu Hadir disetiap sudut mataku memandang,dari waktu ku tertawa sampai menangis.
Hingga aku menjadikanmu candu..
Tak ada rasa yang lebih menyakitkan dari kehilangan.
Maka itu aku berdoa, Tuhanku dengar...
Tuhannya Dengar??
Ah... Tuhan entah ada berapa, yang aku tau hanya satu.. Tuhan kita,Dia lebih tau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline