Lihat ke Halaman Asli

To Teach Creativity, Creatively (Mengajarkan Kreativitas secara Kreatif)

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Entrepreneurship sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Gaungannya sudah nyaring terdengar di dunia pendidikan Indonesia sekitar 10 tahun terakhir.  Banyak praktisi maupun analis berbondong-bondong menggali kunci kesuksesan seorang entrepreneur sehingga dapat diajarkan pada khalayak banyak.

Sebuah hasil penelitian mengatakan bahwa kreativitas dan inovasi adalah  jantung dan jiwa dari seorang entrepreneur (Okpara, 2007).

Hal ini dikarenakan, lingkungan sedikit banyak menuntut pendekatan-pendekatan yang baru dan dinamis dari seorang entrepreneur.  Creativity and innovation is the new name of the game.

Ada banyak kesalahpahaman mengenai kreativitas.  Dalam dunia edukasi, beberapa orang mengasosiasikan pengajaran kreatif dengan kurangnya kedisiplinan,  kemampuan kreatif hanya dimiliki oleh sedikit orang berbakat, dan kreativitas hanya diasosiasikan dengan seni.  Dalam sudut pandang saya, kreativitas sangat mungkin ada di semua bidang kegiatan manusia.  Semua orang, muda maupun dewasa memiliki kapasitas kreatifnya masing-masing.  Pemikiran kreatif bukanlah bakat mistik melainkan keterampilan yang dapat dilatih dan dikembangkan.

Saya percaya bahwa cara terbaik untuk mengajarkan kreativitas adalah dengan cara mengajar secara kreatif. Mari kita mulai mengajar dengan kreatif melalui 4 karakteristik proses kreatif yaitu; berpikir imajinatif, memiliki tujuan, original, dan bernilai (NACCCE Report, 1999).

Imajinatif: Apakah kita sudah berani menerima ide-ide gila terutama dari anak-anak?  Apakah kita masih cenderung memilih mengerjakan sesuatu yang mudah?  Apakah kita masih mudah putus asa dan berpikir tidak ada solusi lain?  Tunjukkanlah kepada anak didik bahwa imajinasi dapat diwujudkan dengan mewujudkan mimpi-mimpi kita terlebih dahulu.

Bertujuan: Tidak banyak pengajar yang memberi instruksi pada anak didiknya dengan tujuan yang jelas. Berikan mereka pengertian mengapa mereka harus melakukan hal-hal tertentu dengan begitu mereka akan belajar melakukan sesuatu dengan tujuan yang jelas.

Original: Apakah kita merasa aman jika orang lain melakukan hal yang sama? Beranikah kita mengambil resiko untuk menjadi beda? Hargailah perbedaan yang ada pada diri anak-anak didik kita. Jangan paksa mereka untuk melakukan hal yang sama. Ekspektasi kadang bisa menghancurkan kreasi.

Bernilai: Apa yang dimaksud dengan nilai bukan hanya sekedar A+, C, atau 60/100 tetapi sebuah pembelajaran.  Setiap proses ada evaluasi dan refleksi yang didapat.  Ajak anak untuk merefleksikan apa yang sudah dipelajari dan  kita juga perlu merumuskan apa yang sudah kita pelajari sebagai seorang pengajar.

So, are ready to teach creatively before you teach about creativity?

Saya Shinta Rossaline, Salam Entrepreneur.

Sumber acuan:

Okpara, F. (2007). The value of creativity and innovation in entrepreneurship. Journal of Asia entrepreneurship and Sustainability, 3(2).

Das, S., Dewhurst, Y., & Gray, D. (2011). A teacher’s repertoire: developing creative pedagogies. International Journal of Education & the Arts, 12(15).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline