Lihat ke Halaman Asli

Shinta Kurniawati

Pelayan Masyarakat di SD Negeri Duren Sawit 18

Kesimpulan dan Refleksi Terhadap Pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Diperbarui: 2 Juni 2022   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selamat Pagi teman-teman Guru semua...(entah pagi, entah siang, entah sore... tetap saya akan menyapa semangat pagi...semoga semangat kita tetap seperti saat pagi ditemani mentari pagi yang melambai indah menemani kita.

Bagaimana kabarnya teman-teman semua? Semoga kita selalu diberikan nikmat sehat, selalu ingat untuk bersyukur dan tetap semangat menuntut ilmu. Sebelum menuliskan artikel pendidikan tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara, ijinkan saya memperkenalkan diri saya. 

Nama saya Shinta Kurniawati. Biasa dipanggil Shinta. Kegiatan saya adalah seorang guru di SD Negeri Duren Sawit 18, Kecamatan Duren Sawit, Kota Jakarta Timur. Artikel ini saya tulis dengan harapan saya pribadi dan semua pembaca khususnya pendidik mampu menerapkan pembelajaran konkret di kelasnya dengan menggunakan pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

Bismillah....

Saya akan berbagi pengalaman belajar saya sebagai calon guru penggerak setelah melewati modul 1.1. Pendidikan yang saya terapkan di kelas sebelum saya mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara, saya lebih mengejar untuk menyelesaikan pemahaman siswa untuk semua materi. 

Dengan anak bisa menyelesaikan dan memahami materi serta mampu mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan materi, bagi saya itu sudah cukup. Terkadang tidak memperdulikan bagaimana minat anak terhadap pelajaran, justru yang saya inginkan hanya anak dapat menguasai materi dengan cepat dan mudah. Tujuan demikian itu sering membuat saya tidak memperhitungkan seberapa lama daya ingat anak terhadap suatu materi. 

Walau begitu saya masih bisa berfikir, bagaimana cara saya memberikan pengetahuan kepada anak dengan hati riang, nyaman, gembira dan belajar terasa bermakna sehingga pengetahuan dan pemahamannya dapat terpatri pada diri anak sampai akhir hayat.

Sejak awal menjalani Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 ini, banyak ilmu yang saya dapat. Begitupun ketika saya mempelajari filosofis Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan upaya -- upaya penerapannya pada setiap kegiatan pembelajaran. 

Dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara, saya pribadi sebagai guru setidaknya tidak hanya mampu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar anak-anak dapat memperbaiki laku hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. 

Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak, Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan peran kita sedang pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak didik kita seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh Pak tani atau pak kebun di lahan yang telah disediakan. Bila ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik, meskipun biji tersebut kurang baik, dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan yang baik dari pak tani, demikian juga sebaliknya. 

Setelah belajar memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam modul ini saya makin tahu bagaimana posisi sebagai guru dalam proses menuntun yang pada dasarnya anak diberi kebebasan namun kitas ebagai pendidik adalah pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Hal ini sesuai dalam semboyan Ki Hadjar Dewantara yakni berbunyi "Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline