Lihat ke Halaman Asli

Bapakku Punya Cerita: Bimbingan Koas

Diperbarui: 21 Juli 2017   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita tentang bapak ada habisnya karena bapak kini sudah pindah ke lain dunia.

Bapakku kuliah di FK UGM selama sembilan tahun. Beliau sempat vakum dua tahun karena tidak punya biaya. Tetapi hal itu tidak membuat beliau patah semangat. Lulus menjadi dokter sudah menjadi keputusan mutlak baginya.

Berikut sedikit cerita bapak saat koas dari sahabat bapak, dr. Bambang, yang dibagikan di grup alumninya.

Lego Waspada dalam kenangan..

Kami, saya dan Lego, sang guru kehidupan itu dah janjian mau biko (bimbingan koas) dengan dosen senior jam 9 pagi. Karena suatu hal, kami baru bisa menghadap jam 10an. Dalam perjalanan menemui dosen, saya (bukan kami) merasa degdeg an, nggak enak, merasa bersalah. Saya perhatikan sang guru kehidupan ini tenang luar biasa, klecam klecem, walau geraknya tetap gesit.

Sampai di dalam ruangan dosen, dosen senior sudah duduk menunggu. Kami kasih salam dan hormat dengan rodo ndredeg (agak gemetar). Tak perlu menunggu perintah, kami duduklah. Lalu, beliau tanya dengan halus, "Siapa yang nyuruh kalian duduk?" Matik aku!!! Kamipun berdiri seketika, menyadari kesalahan. 

Dengan halus pula beliau bertanya, "Siapa suruh kalian berdiri?" Habis sudah kami. Dalam hati saya mengumpat, "Ini semua goro-goro dirimu Goooo...!" Beliau bertanya lagi, kami tetap berdiri, "Ini jam berapa? Kalian janjian jam berapa?" Beliau lalu bilang "Ini kursi tempat duduk. Kalian berdiri. Janji jam 9 kalian datang jam 10. Kalian kehilangan orientasi tempat dan waktu. Segera keluar dan balik jika sudah sembuh!" Kami keluarlah dn saya tanya si Lego, "Kenapa tidak kau ceritakan saja alasan yang sebenarnya?" Jawabnya, "Saya lebih senang dimarahi orang daripada mengabaikan orang"

Ceritanya sebelum ngadep, Lego ini keluar warung beliin gorengan dan pembalut wanita buat pasien sehingga telat menghadap dosen. Peristiwa begini selalu terulang di beberapa bangsal lain sehingga dia selalu kami vari-cari, selalu telat, tetapi tetap tenang.

Begitulah bapak, nyeleneh dan tidak suka membuat-buat alasan meskipun beliau melakukan suatu hal baik di belakangnya. Semoga cerita ini bisa mengingatkan kita bahwa kadang  kita harus berkorban untuk melakukan suatu kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline