Lihat ke Halaman Asli

shinta ayu aini

Student of Communication

Santai dan Tetap Produktif Melalui Slow Living

Diperbarui: 2 Juli 2022   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1unsplash.com

Bagaimana mungkin kita bersikap santai namun semua tugas dan tanggung jawab yang diberikan tetap terselesaikan. Tidak menutup kemungkinan, individu merasa panik,  khawatir hingga berujung stress karena disibukkan oleh bermacam tugas atau job. Seperti mahasiswa dengan laporan penelitian,persiapan ujian akhir ataupun  para pekerja yang dihantui oleh target harian. Hingga fresh graduate (lulusan baru) yang tak kunjung mendapatkan panggilan interview, meski ratusan lamaran telah disebar. Hasil penelitian "International Journal of Management & Social Sciences" tahun 2018 menunjukkan penyebab stress terbesar diantaranya : faktor akademis, karir, dan kondisi finansial.


Ambilah nafas, tenanglah sejenak, saatnya kamu mengenal Slow living. Konsep ini pertama kali muncul di Italia tahun 1980-an, Carlo Petrini. Pemilik restoran tradisional yang tidak setuju akan pembangunan restoran cepat saji di Roma. Menurutnya, sebuah makanan harus diolah dengan tradisional (perlahan) dan penuh cinta, demi menciptakan cita rasa khas. 

Adapun interpretasi Slow living (hidup melambat) yaitu sebuah seni untuk menjalani hidup dengan tenang dan perlahan, bertujuan agar manusia dapat menikmati setiap waktu yang telah diberikan Tuhan,  menghargai setiap progress,proses dan hal yang kita miliki dalam hidup tidak peduli sekecil apapun itu. Gaya hidup ini bukan berarti menyepelekan atau menunda tugas, justru sebaliknya kita tetap produktif disertai rasa tenang dan damai. Definisi "Produktif" mengacu ketika seseorang dapat memanfaatkan waktunya sebaik mungkin dan menghasilkan sesuatu positif.

Slow living turut membawa output yang baik : merasa lebih rileks dan meminimalisir stress, hidup seimbang antara tugas dan waktu istirahat, menaikkan tingkat fokus. Hasil positif itu mampu meningkatkan kualitas produktivitas.

Adapun langkah-langkah mudah slow living yang bisa kita implementasikan sehari-hari untuk bisa santai namun tetap produktif

                1. To-do list  Harian yang Simpel

istock.com

Tuliskan hal-hal yang sekiranya diprioritaskan, dan sanggup diselesaikan hari itu juga. Hindari to-do list panjang.  Kita sering berasumsi untuk membuat to-do list yang bertumpuk-tumpuk agar terlihat produktif padahal sebaliknya, otak akan  mengirimkan sinyal kepada tubuh bahwa tugas-tugas tersebut berlebihan.  Situs www.science.org menjelaskan, ketika manusia mencoba melakukan dua tugas atau lebih secara bersamaan fokus otak akan terbelah, dan tidak dapat bekerja optimal. 

Contoh ilustrasi, kamu seorang pelajar diberikan tugas fisika, sejarah, geografi hingga teks pidato yang harus dikumpulkan minggu depan. Saking banyaknya, kamu berakhir rebahan dan bermain media sosial, lantaran bingung harus menyelesaikan mana dulu. Jadi, pastikan kamu membuat to-do list harian yang simpel.                                                       

           2. Buat Workspace Senyaman Mungkin.

istock.com

Percaya atau tidak, jika keadaan lingkungan mampu mempengaruhi mood (keadaan emosional) seseorang? Sebuah studi  yang dilakukan Ohio State University dan National Institute of Mental Health, pekerja yang ada dalam ruangan kantor dengan ventilasi minim, cenderung lebih mudah stress atau kurang produktif dibandingkan oleh mereka yang bekerja dalam ruangan yang memiliki sirkulasi udara baik. 

Secara implisit, penelitan itu menunjukkan bahwa lingkungan mampu memberikan dampak psikis, salah satunya kondisi emosional. Sehingga kondisi sekitar yang baik dan terorganisir dapat meningkatkan mood untuk melakukan produktivitas optimal.

Workspace (area bekerja) tidak harus mewah ataupun luas, jadikan faktor kenyamananmu menjadi penilaian utama. Sekedar saran, cobalah memposisikan meja kerja menghadap ke arah ventilasi. Di saat kamu jenuh nikmatilah pemandangan luar jendela, pandanglah birunya langit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline