Lihat ke Halaman Asli

Shinta Harini

From outside looking in

Pengalaman Berkunjung ke IGD RS THT dan "Choking Hazard"

Diperbarui: 12 April 2022   04:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gawat Darurat (Sumber: Unsplash)

Berkunjung ke instalasi gawat darurat tentunya bukan hal yang baru bagi penulis, apalagi dengan riwayat kesehatan GERD yang pernah diidap. Walau kunjungan ke IGD juga pernah dilakukan karena masalah alergi.

Entah waktu itu karena gigitan serangga atau karena terlalu banyak menggunakan cairan pengusir nyamuk sejenis Aut*n. Pokoknya hasilnya penulis bengkak dan gatal-gatal sekujur tubuh.

Rasa gatal dimulai dari kulit kepala yang makin lama dirasakan semakin tak tertahankan. Setelah itu menjalar ke telinga, wajah, dan terus ke bawah ke seluruh tubuh. Setelah melirik ke cermin, penulis baru sadar bukan hanya rasa gatal yang dideritanya.

Penulis hampir tidak mengenali tampang yang menatap balik dari cermin dengan bibir menebal dan kelopak mata membesar sampai hampir menutupi mata. Singkat cerita, penulis langsung bersiap pergi ke IGD ditemani adik laki-lakinya.

Untuk menghindari tatapan ngeri dari orang sekitar akan wajah penulis yang jadi menyerupai monster, penulis menyambar sehelai scarf untuk menutupi muka.

Di IGD, setelah menunggu sesaat, para dokter jaga dengan sigap langsung menyiapkan suntikan anti alergi yang kemudian disuntikkan ke satu jari kaki. Obat itu mestinya cukup kuat karena penulis merasakan semacam hentakan begitu obat masuk lewat jarum suntikan, disusul sensasi aliran obat itu memasuki pembuluh-pembuluh darah.

Setelah diam berbaring sesaat di tempat tidur, penulis merasa wajah sudah mulai normal dan rasa gatal sudah menghilang. Setelah itu penulis diperbolehkan untuk pulang. Kasus alergi dengan pembengkakan seperti ini bisa jadi serius jika jalan napas juga ikut bengkak. Syukurlah itu tidak terjadi pada penulis.

Kembali pada IGD, baru-baru ini penulis terpaksa harus mengunjunginya lagi. Bukan karena GERD atau alergi, tetapi karena sepotong tulang ayam masuk ke kerongkongan ketika sedang makan dan mengganjal di sana. Sebenarnya bukan tulang ya, melainkan sebagian kecil daging ayam yang agak keras yang lolos dari kunyahan.

Penulis sudah berusaha untuk menelannya dibantu dengan nasi yang ditelan bulat-bulat, tetapi tetap tidak berhasil. Biasanya cara ini berhasil dan penulis akan melanjutkan makan tanpa ada orang lain yang tahu apa yang telah terjadi.

Namun saat itu penulis tidak bisa menutupinya lagi karena ayam itu masih terasa mengganjal di leher. Terpaksa beritahu orang rumah. Sampai akhirnya adik penulis bertanya apakah penulis perlu pergi ke IGD. Bertanyanya juga sambil agak kesal, tentu saja, karena yah, hari sudah menjelang malam dan hal ini akan mengacau semua jadwal yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline