Lihat ke Halaman Asli

Shinta Harini

From outside looking in

Papua yang Saya Kenal (Bagian 4: Suasana Natal)

Diperbarui: 25 Desember 2021   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Natal (Sumber: Shutterstock)

Bagian sebelumnya...

Haloo. Bertemu lagi dengan kenangan-kenangan saya ketika tinggal di Jayapura, Irian Jaya (sekarang Papua).

Pada Hari Natal ini dan menjelang Tahun Baru 2022, saya jadi teringat ketika masih berada di sana. Saat itu, seperti yang sudah saya tulis di bagian yang lalu, dekat saya tinggal tepatnya di kedua ujung jalan rumah saya, ada masing-masing satu gereja. Di ujung jalan atas ada Gereja Paulus dan di bawah adalah Gereja Rehobot.

Lalu tetangga terdekat yang ada di belakang rumah merayakan Natal dan sudah mulai memainkan lagu-lagu Natal sejak masuk bulan Desember.

Dentang lonceng dari gereja dan alunan lagu Natal yang syahdu dan yang riang gembira membuat suasana Natal sangat kental di sekitar rumah.

Sekolah biasanya libur cukup panjang ketika Natal, sekitar dua minggu. Beda ketika masih di Jakarta, sekolah hanya libur saat tanggal merah. Memang libur hari raya Kristiani cukup panjang karena sekolah saya adalah sekolah Katholik. Libur Paskah biasanya lamanya seminggu.

Satu hal yang saya ingat sebelum libur Natal dimulai, kami bersama-sama membuat kartu Natal di sekolah. Saat itu saya menggambar pohon Natal, kemudian dipotong bagian tengahnya. Kami membuat kartu dengan teknik sablon menggunakan cat air yang diusap melewati saringan di atas kertas untuk kartu dan pola pohon Natal tadi. Karena menggunakan saringan, motif warna jadi berbentuk titik-titik.

Untuk warna dasar pohon tentunya saya menggunakan warna hijau. Setelah itu menyusul warna-warna lain yang disaring sehingga membentuk lapisan-lapisan yang menarik. Untuk hiasan pohon warna-warna seperti merah, kuning, biru membuat pohon Natal manjadi tambah cantik.

Di Jayapura pada saat itu belum ada yang namanya mall. Kalau mau jalan-jalan dan berbelanja saat malam Minggu, kita biasa pergi ke pusat kota yang kita panggil, umm, Kota. Pokoknya jangan heran kalau ada orang bilang, "Saya mau ke Kota." Bukan berarti kita itu tinggal di desa terus mau pergi ke kota. Hehehe.

Nah, di kota ini ada deretan pertokoan di beberapa ruas jalan. Toko serba ada yang lumayan besar yang masih ada pelayannya itu adalah Toko Aneka dan Bintang Mas. Supermarket swalayan baru muncul ketika saya hampir balik ke Jakarta. Toko-toko yang lain banyak dan semuanya masih ada pelayan yang berdiri di belakang meja etalase. Sangat klasik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline