Lihat ke Halaman Asli

Shinta Harini

From outside looking in

Guru yang Trendy

Diperbarui: 27 November 2021   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi trendy (Sumber: Pixabay)

Penampilan, untuk semua bidang pekerjaan, adalah hal yang penting, juga untuk guru. Yah, walau kata orang guru berpenghasilan pas-pasan (eh, memang benar ya?), hal itu tidak berarti mereka harus bertampang lusuh setiap saat. Dengan modal tidak begitu besar, saya yakin, seorang guru bisa berpenampilan rapi dan bersih.

Walau untuk guru yang satu mungkin modalnya tidak kecil juga. Guru ini, sebut saja Ms. Yohanna, mengajar saya ketika saya berkesempatan mendapatkan beasiswa untuk pelatihan selama tiga bulan di satu negara tetangga. Saat itu saya juga sudah menjadi guru.

Pelatihan tersebut diadakan di gedung Regional Language Center yang sekaligus juga merupakan hotel tempat para peserta tinggal. Ruang-ruang kelas kami saat itu berada di tingkat berapa, saya lupa, tetapi cukup tinggi juga. Mungkin lantai 5 atau 6 atau lebih. Tetapi masih cukup jelas bagi kami untuk mengenali kalau mobil Ms. Yohanna tiba. Benar sekali. Kami akan selalu mengenali mobil Porsche beliau.

Bukan cuma mobilnya yang, ahem, sangat trendy. Ms. Yohanna sendiri penampilannya seperti reporter berita Cable News Asia yang tinggi, langsing, dengan rambut lurusnya yang halus yang panjangnya melewati bahu. Pembawaannya yang anggun dan elegan memberi kesan seolah ia lulusan sekolah kepribadian seperti John Robert Powers. Atau memang sebenarnya begitu.

Yah, penampilan yang seperti itu memang susah ditiru karena mungkin ia datang dari keluarga berada. Tetapi gaya yang enak dilihat bisa coba kita terapkan tentunya disesuaikan dengan gaya kita sendiri.

Satu lagi guru trendy yang pernah saya temui adalah ketika saya kuliah di akademi teknik. Namanya juga sekolah teknik milik yayasan di bawah satu kementrian (dulu namanya masih pakai departemen) yang dosen-dosennya adalah para insinyur pegawai kementrian tersebut, bisa dimaklumi kalau penampilan mereka sudah tidak begitu rapi lagi. Kelas-kelas mulai sore hari jadi para dosen kami biasanya datang langsung dari kantor.

Tapi tidak demikian adanya dengan satu dosen ini. Sebut saja namanya Pak Anton. Mata kuliah yang diajarkan adalah ilmu tata kota. Ia tidak pernah datang berpakaian kemeja dan dasi karena dari kantornya. Oh, tidak begitu. Pak Anton ini selalu datang dengan penampilan yang segar jelas-jelas sehabis mandi dengan rambut masih agak basah. Ia pun tidak mengenakan kemeja melainkan kaos polo berkerah berwarna cerah yang dimasukkan ke celana jeans-nya.

Kami tidak tahu apakah peraturan di kampus memperbolehkan para dosennya untuk mengenakan jeans atau tidak, tetapi kami tidak peduli. Yang penting, penampilannya yang oke membuat kami semua bersemangat mengikuti kuliah.

Ketika saya mulai mengajar di pertengahan tahun 90-an, peraturan di tempat saya bekerja tidak memperbolehkan guru-guru wanita untuk mengenakan celana panjang walaupun itu bukan celana jeans. Jadilah saya mengoleksi rok-rok dari yang sedikit di atas lutut sampai yang semata kaki. Saat itu saya masih bisa mengenakan sepatu berhak 5 atau 7 sentimeter.

Saya harap penampilan saya lumayan trendy walau tentunya tidak ada mobil Porsche silver yang membawa saya, tetapi cukup BMW (baca: Bajaj Merah Warnanya). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline