Lihat ke Halaman Asli

Shinta Harini

From outside looking in

Menolak Menjadi Senior

Diperbarui: 9 Agustus 2021   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Office life (Sumber: Pixabay)

Saya mulai bergabung menjadi staf pengajar tepat 25 tahun tahun 2021 ini dan masuk ke departemen penulisan materi pengajaran sekitar dua tahun setelah itu. Kemudian saya dipercaya memegang amanah untuk mengepalai departemen itu sekitar tujuh tahun yang lalu.

Dilihat secara pengalaman kerja maupun posisi, saya bisa masuk golongan senior. Tetapi mengapa hati ini tidak pernah sreg kalau orang bilang saya senior ya? Ada beberapa hal yang membuat saya merasa demikian.

Pertama, tempat saya bekerja banyak mengkaryakan kembali pegawai-pegawai yang sudah lewat masa pensiun. Kebanyakan dari mereka adalah pensiunan trainer atau staf penulis dan kembali bekerja sebagai editor. Hal ini terutama dilihat dari pengalaman mereka dan juga keahlian dalam bahasa Inggris yang di atas rata-rata.

Kalau dilihat dari segi umur, tentunya mereka sudah lebih dari 10 tahun di atas saya, bahkan ada yang 20 tahun atau lebih. Juga kalau dari sisi pengalaman. Mereka sudah jadi orang jauh sebelum saya bahkan masuk ke kantor ini. Di sini bisa dilihat bahwa tidak mungkin saya memainkan kartu senioritas untuk para bapak dan ibu yang bahkan jauh lebih senior dari saya walaupun saya adalah kepala mereka. Sulit untuk melakukan itu ke orang-orang yang kadang menganggap saya itu seperti anak mereka meski saya ini sudah kepala empat plus plus hampir kepala lima. Karena anak-anak kandung mereka pun lebih tua dari saya.

Selain para editor, beberapa staf pun sedikit lebih tua atau paling tidak seangkatan dengan saya. Yah kami dahulu mulai di sini ini hampir bersamaan. Teman seperjuangan. Di antara kami tidak ada istilah senior karena dari segi umur maupun pengalaman, kami setara.

Dengan teman-teman di departemen yang lebih muda, saya tidak akan merasa lebih dari mereka selain umur dan pengalaman bekerja di tempat ini. Mereka bisa punya pengalaman lebih di tempat lain, dan dari segi pengetahuan dan keahlian saya tidak akan memandang dari sisi ijazah saja. Apalagi di jaman revolusi teknologi 4.0 seperti saat ini, siapa pun dapat mempunyai keahlian lebih tanpa ia punya gelar S2 atau harus menjadi senior terlebih dahulu.

Jadi pada dasarnya senioritas baik itu dari segi umur, pengalaman, posisi, maupun keahlian, adalah hal yang mustahil. Seperti kata pepatah, di atas langit ada langit. Seseorang mungkin saja menjadi langit dalam satu hal, tapi dalam hal lain ia hanya jadi langit-langit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline