Lihat ke Halaman Asli

Sebiduk Cinta

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebiduk rindu berlayar menujumu

Lelaki yang membawa seikat mawar dan krisan seputih salju

Dalam rinai hujan akhir September tahun lalu

Rinai yang mengubah puisi menjadi kidung merdu

Dan gemawan tak lagi terlihat kelabu

“Dik, jagalah dirimu...

Aku hanya akan sejenak pergi menuntut ilmu.”

Gemercik hujan menyempurnakan wajah sendu saling membisu

“Tak akan dua tahun, tunggulah aku di tempat pertama dulu kita bertemu

dan untaikan dengan jemarimu kalung bunga untukku.”

Biduk bertambat di dermaga

Menyanyikan lagu cinta dihadapan cakrawala

Bersama ombak, pasir, bukit dan rasa asin yang mengudara

Bersama jingga senja, biru angkasa dan angin tanpa warna

Berharap langit menyatukan kabar berita antara mereka

Ia berjalan dalam cahaya

Bersama biduk yang membawanya ke tepi samudera

Menjemput lelaki yang tetap membawakan untuknya

Seikat bunga dan catatan jiwa

Juga cerita yang tak pernah usai dirangkainya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline