Lihat ke Halaman Asli

Ramadhanku, "Welcome to Boven Digoel"

Diperbarui: 22 September 2018   20:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan rusak Merauke-Boven Digoel. sumber: reportasenews.com

Riuh-rendah bising kendaraan sepagi ini sudah luar biasa memekakkan telinga. Sukses membuat saya teringat suasana Jakarta. Padahal tempat ini amat-sangat jauh dari kota metropolitan itu. Siapa sangka saat ini saya justru berada di ujung timur negeri. Tempat dimana masih banyak orang menyangkanya adalah sebuah hutan belantara-tak terjamah tangan manusia. Welcome to Jayapura, the capital city of Papua.

Hey, wait... Sesungguhnya Jayapura tidak semengerikan itu. Tempat ini memang berada di ujung paling timur negeri. Tapi siapa sangka Jayapura merupakan sebuah kota yang lumayan maju, loh-meskipun memang tetap tidak bisa disamaratakan dengan wilayah Papua yang lain. 

Bahkan, beberapa orang  beranggapan bahwa Jayapura lebih maju dibandingkan ibukota salah satu provinsi di Pulau Sulawesi, sebut saja K*****i. Saya bilang maju, tetapi saya tidak berbicara perihal PDRB, Gini Ratio atau indicator ekonomi yang lain, ya. Hanya sebatas pandangan subjektif orang yang baru pertama kali datang ke Papua. "Wow, ternyata di Jayapura ada Mall, ada XXI, ada K*C, ada Hyp****rt". Yah, kira-kira begitu. Setidaknya masih ada fasilitas hiburan disini. Kalian bahkan bisa sampai ke Skouw (Perbatasan RI-Papua Nugini) hanya dengan menumpang bus Damri, loh. Keren kan??

Nah, sudah mendapat sedikit gambaran tentang Jayapura, kan?

Tapi, catatan kali ini sama sekali tidak akan menceritakan detail Jayapura. Tulisan di atas cuma sebatas intro saja.

Menembus Lubang Awan

27 Mei 2018

Kali ini kantor menugaskan saya untuk melakukan tugas pengawasan ke salah satu kabupaten di Papua. Sudah bisa tebak kemana kan? Yak, Kabupaten Boven Digoel. Kalian pasti sudah familiar dengan nama kabupaten yang satu ini kan? Buku Sejarah SD banyak menceritakan tentang kisah Soekarno yang diasingkan ke Boven Digoel semasa penjajahan Belanda. Tapi, apakah memang benar begitu? Kita lanjutkan nanti ya... :D

Kabupaten Boven Digoel merupakan pemekaran dari Kabupaten Merauke. Distrik Mindiptana adalah ibukota Kabupaten ini. Namun, entah kenapa Boven Digoel sering dijuluki Kota Tanah Merah. Mungkin karena tanah di tempat ini kebanyakan tanah gambut yang berwarna merah? Sekilas, Boven Digoel mengingatkan saya dengan daerah transmigrasi di salah satu wilayah di Pulau Kalimantan. :D Tanah merah dan rawa-rawanya.

Akses dari Jayapura (Bandara Sentani) ke Boven Digoel (Bandara Tanah Merah) bisa ditempuh dengan beberapa cara. Yang pertama, dengan pesawat udara bertipe ATR (pesawat baling-baling yang bagasinya 10 kg) dengan waktu tempuh sekitar 1 jam, langsung mendarat di bandara Tanah Merah, Boven Digoel dengan harga tiket sekitar Rp 1.250.000,-/penumpang, dan kalau saya tidak salah hanya maskapai Trigana Air saja yang melayani rute ini, dan hanya satu penerbangan setiap harinya. 

Yang kedua, menggunakan pesawat udara boeing via Merauke, kemudian menyambung pesawat kecil (kalau tidak salah twin-otter Susi Air) menuju Bandara Tanah Merah Boven Digoel. Harga tiket ke Merauke berkisar antara 700 ribuan sampai 1 jutaan, kemudian dari Merauke ke Tanah Merah sekitar 750 ribuan per penumpang. Kemudian cara terakhir, yaitu menggunakan pesawat udara boeing via Merauke, kemudian dari Merauke menyambung naik taksi (mobil double gardan) dengan waktu tempuh sekitar 7 sampai 8 jam perjalanan dengan kecepatan 100 km/jam lebih. Itu waktu perjalanan normal, dengan biaya sekitar 700 ribuan/penumpang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline