Beberapa waktu yang lalu saya tiba-tiba sering mengalami sakit perut yang sangat luar biasa, saya mengalami sakit di perut bagian kanan atas. Sakit perut ini saya alami pertama kali pada tahun 2022 yang lalu, di malam hari saya tiba-tiba mengalami sakit perut yang tidak biasa, rasanya seperti suduk'en atau dalam istilah medis disebut exercise-related transient abdominal pain (ETAP) .
Menurut artikel di hellosehat.com, definisi suduk'en adalah sensasi sakit, seperti ditusuk jarum, yang terasa pada perut bagian atas, terutama pada sisi kiri atau kanan tubuh. Kondisi yang dalam istilah medis disebut exercise-related transient abdominal pain (ETAP) lebih rentan terjadi pada pelari.
Suduk'en atau exercise-related transient abdominal pain (ETAP) biasanya terjadi saat seseorang melakukan aktivitas fisik atau saat berolahraga, saat saya mengalami suduk'en saat berolahraga rasa sakitnya bisa ditahan dan biasanya akan hilang sendiri dengan cepat, namun rasa sakit perut yang saya alami, rasa sakitnya tak tertahankan dan bertahan lama, karna sakit perut itu saya sampai tidak bisa tidur. Ibu saya memberi saya obat maag untuk pertolongan pertama, tetapi rasa sakitnya tetap tidak mereda sampai tengah malam, saya sampai tidak bisa berbaring, berbaring membuat perut rasanya semakin sakit, dudukpun juga tidak nyaman, saya hanya bisa duduk dengan posisi kedepan dengan memeluk bantal berharap bisa memberi sedikit rasa nyaman.
Sampai tengah malam rasa sakitnya semakin menjadi-jadi, saya sampai tidak kuat lagi menahannya, akhirnya jam 1 pagi saya dibawa ke klinik 24 jam, disana saya di periksa oleh petugas kesehatan. Setelah di periksa, saya diberi beberapa obat untuk diminum, petugas kesehatan bilang, jika setelah minum obat sakitnya tidak mereda, saya diminta untuk segera pergi ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut karena di khawatirkan gejala apendisitis atau usus buntu.
Menurut yang ada di artikel hallodoc.com penyakit usus buntu atau apendisitis adalah kondisi peradangan pada usus buntu (apendiks). Kebanyakan penyebab usus buntu adalah infeksi yang tidak mendapat pertolongan sesegera mungkin, beberapa gejalanya adalah rasa nyeri mendadak yang berawal pada sisi kanan perut bagian bawah, nyeri tiba-tiba yang berawal pada sekitar pusar dan sering berpindah ke perut kanan bawah, rasa nyeri yang memburuk jika pengidapnya batuk, berjalan, atau melakukan gerakan menggelegar lainnya, mual dan muntah, kehilangan selera makan, demam ringan yang dapat memburuk seiring perkembangan penyakit, sembelit atau diare, dan perut kembung.
Saya agak ragu jika yang saya alami adalah gejala apendisitis atau usus buntu, di siang hari sebelum saya mengalami sakit perut, saya memang mengalami diare tetapi berbeda dengan gejala usus buntu yang letak rasa sakitnya di area usus buntu yaitu di perut kanan bawah, yang saya alami rasa sakitnya berada di perut kanan atas. Setelah saya di beri obat dan meminumnya alhamdulillah sakitnya mereda setelah sekitar 3 jam kemudian, dan pagi harinya saya sudah tidak merasakan sakit sama-sekali.
Beberapa bulan setelahnya, sakit perut itu kambuh lagi saat bulan puasa tahun lalu, sakit perut mulai terasa di siang hari namun masih bisa ditahan, lama-lama sakitnya bertambah, akhirnya saya memutuskan membatal puasa untuk meminum obat sebelum sakitnya semakin bertambah lagi. Setelah minum obat rasa sakitnya mereda, tetapi di malam hari muncul lagi sakitnya sampai ke tingkat rasa sakit yang tak tertahankan disertai rasa mual sampai tengah malam, akhirnya saya dibawa ke UGD Rumah Sakit jam 1 malam, saya diperiksa oleh dokter. Hasil pemeriksaan dokter, saya mengalami kram perut. Mendengar kata dokter, saya sedikit merasa lega ternyata bukan apendisitis atau usus buntu. Untuk menghilangkan rasa sakit, awalnya dokter menawarkan saya untuk disuntik agar sakitnya cepat mereda tetapi tidak jadi, yang diberikan ke saya adalah obat yang dimasukkan melalui dubur tidak tau apa namanya dan beberapa obat untuk diminum yaitu obat maag (Antasida Doen), obat GERD (Omeprazole 20 mg), obat untuk kram perut (Scopma 10 mg) dan obat untuk mual (Ondansetron 4 mg), dari situ saya baru tau ternyata saya punya sakit lambung, sayangnya waktu itu dokter tidak menjelaskan penyebabnya karna apa saja jadi saya berkesimpulan sendiri jika penyebabnya adalah karna makanan pedas.
Dari website alodokter.com kram perut adalah kontraksi otot pada area perut, lambung dan usus. Pada beberapa kasus, kram perut sebenarnya tidak berbahaya, tetapi bukan berarti kondisi ini bisa dibiarkan begitu saja. Kram perut yang tak kunjung membaik bisa menjadi tanda adanya gangguan kesehatan serius.
Beberapa bulan terakhir ini kram perutnya kambuh lagi, dan intensitasnya jadi lebih sering dari yang sebelumnya dan sama rasa sakitnya tak tertahankan, yang bikin panik adalah saya sudah tidak lagi berada di Indonesia tetapi sedang berada di Mesir bersama suami, untuk periksa dan ke klinik atau rumah sakit di Mesir kami belum tau harus kemana dan belum tau caranya dan biayanya juga pasti cenderung lebih mahal dibanding periksa di Indonesia. Karena itu, saya akhirnya hanya bergantung dengan sisa obat yang sebelumnya diberikan oleh dokter dari Indonesia. Saat obat habis, kami mencoba mencari obatnya di apotek Mesir, dan ternyata di apotek Mesir kami tidak menemukan obat yang sama, kami hanya mendapatkan obat yang kandungannya sama tetapi dengan merk yang berbeda, dan kami hanya mendapatkan obat untuk maag dan GERD, sedangkan obat yang untuk kram perut (Scopma 10 mg) sampai saat ini kami belum mendapatkannya, sudah banyak apotek kami kunjungi dan obat tersebut tidak ada.
Saat kram perut saya kambuh dan saya meminum obat maag dan obat GERD dari apotik Mesir tanpa obat kram perut, yang saya rasakan penyembuhannya dua kali lebih lama, jadi saya harus menahan rasa sakit lebih lama kurang lebih 6 jam. Karena sulitnya mendapatkan obat, suami saya semakin intens mencari tau penyebab dari sakit perut saya. Di suatu hari suami saya tiba-tiba bilang, "kamu gak boleh makan kol, karna kol mengandung gas". Saya kaget kenapa tiba-tiba saya tidak boleh makan kol, kol itu kan sayur, masa iya sayuran bikin sakit. Awalnya saya mengabaikan itu, karena sayur kol adalah termasuk makanan yang paling saya suka, apalagi di Mesir tidak ada sayur hijau seperti bayam, daun singkong, daun ubi jalar, dan daun hijau lainnya, hanya kol, wortel, buncis, kentang, terong dan daun bawang yang ada dan masuk dengan lidah saya. Kol memang sayur yang paling sering kami konsumsi selama di Mesir tapi apa benar kol membuat gas di perut yang menyebabkan kram perut?. Setidaknya kami jadi tau salah satu penyeban kram perut adalah gas yang menumpuk di dalam perut.