Lihat ke Halaman Asli

Shilvia Yulianti S

Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Kecamatan Jatinangor bak Medan Perang bagi Pejalan Kaki

Diperbarui: 29 Juni 2024   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angkot Cileunyi-Sumedang parkir di zebra cross kecamatan Jatinangor | Dokumentasi Pribadi

Saya ingin menyampaikan keluhan mengenai kurangnya perhatian terhadap kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki di Kecamatan Jatinangor. Pada 31 Mei 2024 lalu, saya hampir tertabrak mobil di depan Kantor Kecamatan Jatinangor, padahal saya sudah menyebrang di zebra cross. Kejadian ini membuat saya merasa sangat tidak aman.

Kecamatan Jatinangor, yang hanya seluas 262 kilometer persegi ini menjadi rumah bagi ribuan mahasiswa yang menuntut ilmu dari tahun ke tahun. Sayangnya, bagi para pejalan kaki seperti saya, daerah ini terasa lebih seperti medan perang daripada tempat yang aman untuk menuntut ilmu. Kenyamanan dan keselamatan pejalan kaki sepertinya kurang diperhatikan.

Zebra cross di depan Kantor Kecamatan Jatinangor seringkali digunakan untuk ngetem oleh angkot jurusan Cileunyi-Sumedang dan Majalaya-Gedebage, sehingga pejalan kaki kesulitan untuk menyebrang dengan aman. Letak zebra cross yang berada setelah tikungan juga membuat pejalan kaki sulit mengantisipasi kendaraan yang datang tiba-tiba dengan kecepatan tinggi. 

Selain itu, zebra cross juga tidak terlihat dengan jelas karena warna cat putihnya memudar hingga nyaris hilang, hal tersebut membuat pengendara dan pejalan kaki hampir tidak melihatnyaSebagai mahasiswa yang tidak membawa kendaraan dari rumah, saya sangat merasakan kurangnya rasa aman dalam beraktivitas, terutama ketika harus bolak-balik ke kampus.

Selain zebra cross, trotoar di Kecamatan Jatinangor pun tidak ramah pejalan kaki. Trotoar di Kecamatan Jatinangor bukan tidak ada sama sekali, tapi sangat minim. Dari Sukawening ke Unpad mungkin masih ada trotoar. Namun, untuk orang-orang yang tinggal di daerah Ciseke, Sayang dan sekitarnya, berjalan kaki menjadi tantangan tersendiri.

Bulan Ramadhan tahun ini, pengalaman saya menyeberang jalan di Kecamatan Jatinangor semakin menegangkan. Pedagang takjil yang berjejer di sepanjang jalan Ciseke membuat batas antara jalan raya dan trotoar semakin kabur. Saya harus berdesak-desakan dengan pedagang takjil dan kendaraan yang melaju kencang untuk mencari celah agar dapat menyeberang dengan selamat.

Saya berharap, pihak berwenang di Kecamatan Jatinangor dapat segera meninjau ulang dan memperbaiki kondisi fasilitas pejalan kaki di daerah ini. Penempatan zebra cross yang lebih strategis dan penataan trotoar yang lebih baik sangat diperlukan untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki. Langkah-langkah ini tidak hanya akan mengurangi resiko kecelakaan, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi mahasiswa dan pejalan kaki lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline