Lihat ke Halaman Asli

Shifana Maulidya

Menulis untuk lebih bahagia

28 Agustus 2020: Pesanku di Hari Kebanggaan

Diperbarui: 28 Agustus 2020   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A Day to Remember (Dokpri)

Hari ini aku turut lega dan bahagia atas pencapaian adikku tersayang. Berhasil menyelesaikan studi yang sudah ditempuh selama empat tahun dan melewati Ujian Akhir Program Studi di pagi hari yang cerah ini. Bukankah sebuah hal yang patut dirayakan dengan suka cita dan rasa bangga? 

Meski tersekat oleh jarak dan pandemik, setidaknya bercakap lewat suara dengan mamah-papahmu, atau merayakannya dengan saling berpeluk hangat bersama beberapa teman dekat di situ, semoga tak mengurangi bahagiamu di hari ini. 

Sungguh, sebegitu panjangnya langkah dan nafas untuk sampai pada tahapan ini, bagiku adalah salah satu hal yang sangat membanggakan darimu. Tentang hal-hal darimu yang orang lain menyaksikannya, tentang beberapa hal dimana hanya aku dan kau yang mengerti, atau mungkin tentang kisah dimana cukup dirimu sendiri yang mengetahui.

Rehatlah sejenak, lakukan hal yang indah-indah. Merebahkan diri tanpa beban yang menggelayut, atau menikmati lampu malam yang selalu jadi kesukaanmu. 

Atau mungkin, berlari agak jauh dari biasanya dengan hati bahagia dan senyum, sepertinya akan jadi hal yang menyenangkan. Tapi sebelumnya, ada beberapa hal yang akan aku sampaikan. Mungkin sudah pernah, tapi aku hanya tak ingin kau lupa.

Selamat datang pada masa dimana kau harus benar- benar makin dewasa. Sikap, perkataan, dan perbuatan, semua musti berjalan seiringan menuju proses pendewasaan. 

Bukan, bukan maksudnya kau harus berubah menjadi orang lain. Namun akan semakin banyak manusia beda pandangan yang kau hadapi. Makin banyak situasi menyebalkan yang mau tak mau harus kau hadapi. Makin sering harus melakukan sesuatu yang mungkin tak sejalan dengan kemauanmu.

Selamat berpacu antara sisi ke-akuan dan keinginan untuk melakukan hal terbaik pula bagi orang lain. Ini berat. Seringkali tak sesuai dengan bayangan dan keinginan yang sudah kita susun sedemikian rupa. Bahkan sangat tipis sekat antara tawa dan air mata. 

Memulai untuk terbiasa dengan yang datang dan pergi dengan sangat cepat. Belajar mengatakan apa yang semestinya perlu dikatakan, dan menyimpan apa yang tak semestinya muncul ke permukaan.

Selamat berjuang untuk selalu memperbaiki diri. Bersikap semestinya bagi diri sendiri dan orang lain. Menjaga diri sendiri dengan baik bahkan pada saat kondisi dan kemungkinan terburuk sekalipun. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline