Apoteker merupakan profesional kesehatan yang memiliki spesialisasi dan tanggung jawab dalam pengelolaan sediaan farmasi, memberikan informasi mengenai obat, serta edukasi kepada pasien tentang penggunaan obat yang aman dan efektif. Apoteker menjadi salah satu pilar penting yang terdapat dalam sistem pelayanan kesehatan. Dalam praktiknya, apoteker berperan sebagai penghubung antara dokter dan pasien, memastikan bahwa setiap pengobatan yang diberikan sesuai dengan panduan dari dokter sehingga kebutuhan medis pasien akan terpenuhi.
Namun, dalam beberapa waktu terakhir, profesi apoteker kembali menjadi sorotan publik setelah pernyataan kontroversial dari H. Muhammad Rofiqi, seorang anggota DPR dari Fraksi Gerindra. Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP), Rofiqi menyebutkan bahwa "apoteker" terlibat dalam praktik peracikan minuman keras di pinggir jalan raya, tepatnya di Stadion Diponegoro Semarang. Hal tersebut dianggap sangat merendahkan profesi apoteker sehingga menimbulkan reaksi negatif, terutama pada kalangan dari profesi apoteker dan mahasiswa farmasi. Selain itu, pernyataan tersebut juga menimbulkan stigma negatif yang berpotensi merusak kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang para apoteker berikan.
Pernyataan dari anggota DPR tersebut muncul saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang membahas kasus tentang penembakan yang melibatkan remaja dan dipicu olehi minuman keras yang dikonsumsi. Dirinya mengklaim bahwa apotek yang beroperasi di pinggir jalan tersebut ikut berkontribusi terhadap masalah minuman keras yang beredar diantara para gangster, yang dimana hal ini secara tidak langsung mengaitkan profesi tersebut dengan tindakan ilegal dan tidak etis. Potongan video selama rapat berlangsung yang beredar di media sosial telah memicu berbagai opini publik. Banyak masyarakat awam memberikan komentar negatif terhadap profesi apoteker akibat terpengaruh oleh pernyataan Rofiqi. Di sisi lain, para profesional yang bekerja di bidang kesehatan membela profesi apoteker dan melawan pandangan negatif tersebut.
Setelah mendapat banyak kritikan, Rofiqi pun melakukan klarifikasi melalui akun Instagram pribadinya. Ia menjelaskan bahwa "apoteker" yang dimaksud olehnya merujuk pada oknum yang menyalahgunakan profesi untuk meracik minuman keras dan bukan menggambarkan "apoteker" secara umum sebagai tenaga kesehatan. Hal ini disampaikan Rofiqi dikarenakan mendapat pesan mengenai peredaran minuman keras oplosan. Oknum menyebutkan istilah warung penjual minuman keras dan para peracik diperoleh dari apotek dan diracik oleh apoteker. Hal itu yang mengakibatkan adanya kesalahanpahaman. Selain itu, dalam pertemuan dengan Ketua Umum Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Rofiqi juga mengungkapkan penyesalannya terkait kesalahpahaman yang terjadi. Ia menegaskan bahwa tidak ada niat dan maksud untuk merendahkan profesi apoteker. Namun, meski permohonan maaf telah disampaikan olehnya, stigma negatif telah terlanjur tersebar luas di media sosial dan berbagai kalangan masyarakat. Stigma negatif yang muncul akibat pernyataan ini memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap apoteker, yang dimana masyarakat kemungkinan besar akan meragukan profesionalisme apoteker yang selama ini berupaya untuk memberikan layanan kesehatan yang terbaik. Hal tersebut mengakibatkan banyak apoteker yang merasa dirugikan karena komentar tentang citra profesi apoteker yang semakin memburuk dan merajalela di media sosial.
Di Indonesia, citra profesi apoteker sendiri masih kurang dihargai di masyarakat. Saat ini, banyak orang yang masih memandang apoteker hanya sebagai penjaga apotek maupun penjual obat. Pandangan ini mencerminkan kurangnya pemahaman masyarakat di Indonesia mengenai peran penting apoteker dalam sistem kesehatan. Profesi apoteker memiliki peran yang sangat signifikan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Tidak hanya bertanggung jawab dalam mendistribusikan obat, tetapi juga memberikan edukasi kepada pasien mengenai penggunaan obat yang benar, efek samping obat, serta interaksi antar obat. Apoteker bekerja sebagai penghubung antara dokter dan pasien, memastikan bahwa setiap pengobatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Apoteker seharusnya dipandang sebagai mitra kesehatan yang terdidik, bukan sebagai sosok yang terlibat dalam tindakan kriminal.
Akibat dari kasus tersebut, tidak mengherankan jika banyak orang dari kalangan kesehatan, terutama apoteker dan mahasiswa farmasi, merasa marah terhadap pernyataan yang disampaikan oleh Rofiqi. Pernyataan tersebut merendahkan profesi mereka dan mengabaikan usaha serta dedikasi yang telah mereka jalani selama bertahun-tahun. Banyak apoteker dan mahasiswa farmasi telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menempuh pendidikan yang berkualitas, dengan tujuan untuk mengabdi kepada masyarakat dan meningkatkan kesehatan publik. Namun, pernyataan tersebut menciptakan opini publik yang seolah-olah menyalahkan apoteker, mempersepsikan mereka hanya sebagai peracik minuman keras. Hal ini sangat tidak adil dan merugikan citra serta kontribusi nyata apoteker dalam pelayanan kesehatan.
Kasus pernyataan yang disampaikan oleh H. Muhammad Rofiqi menyoroti pentingnya komunikasi yang bertanggung jawab dan pemahaman yang mendalam tentang peran apoteker dalam bidang kesehatan. Sebagai seorang tokoh publik, Rofiqi seharusnya lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat. Pernyataan yang tidak tepat dapat menciptakan stigma negatif terhadap profesi apoteker, yang selama ini telah berupaya keras untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Sebelum mengeluarkan opini, Rofiqi sebaiknya melakukan review atau memperbarui pengetahuan umum tentang apoteker. Apoteker bukan hanya sekadar penjual obat, tetapi merupakan tenaga kesehatan profesional yang memiliki peran penting dalam kesehatan. Munculnya stigma negatif akibat pernyataan tersebut perlu diluruskan agar masyarakat memahami bahwa apoteker adalah bagian integral dari sistem kesehatan. Dengan kolaborasi dan edukasi yang tepat, diharapkan citra profesi apoteker dapat pulih dan dihargai oleh masyarakat luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H