Lihat ke Halaman Asli

Shifa Aulya Faradziba

Universitas Negeri Semarang

Peran Surat Kabar Kedaulatan Rakyat dan Harian

Diperbarui: 20 Desember 2024   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Surat Kabar (Sumber: Pinterest)

Perkembangan pers di Indonesia dimulai dengan diperkenalkannya mesin cetak di Hindia-Belanda pada tahun 1624, di era VOC. Pada abad ke-18, tepatnya tahun 1744, mesin cetak ini menghasilkan surat kabar pertama yang bernama Bataviase Nouvelles, yang diterbitkan khusus untuk kalangan negara dan sebagian kecil untuk orang Eropa. Pada abad ke-19, saat Inggris menguasai Hindia-Belanda pada tahun 1811, muncul surat kabar Java Government Gazette yang terbit pada tahun 1812. Ketika Belanda kembali menguasai Hindia-Belanda sekitar tahun 1825, terbit surat kabar baru yang dikelola oleh pihak swasta, yaitu Bataviaasch Advertentieblad. Di tengah tahun 1856, setelah Pemerintah Hindia-Belanda menetapkan Undang-Undang Pers, orang pribumi berhasil menerbitkan surat kabar pertama mereka yang bernama Bromartani, yang menggunakan bahasa daerah, yakni bahasa Jawa.

Pada paruh kedua abad ke-19, masyarakat Tionghoa di Hindia-Belanda ikut menerbitkan surat kabar pertama mereka yakni Bintang Timoer yang terbit pada tahun 1886, diikuti dengan terbitnya surat kabar Li Po berbahasa Melayu pada tahun 1890. Memasuki awal abad ke-20, kaum pribumi yang dipelopori oleh Raden Mas Tirto Adhi Soerjo mulai menerbitkan surat kabar Soenda Berita dan Medan Prijaji. Dari situlah surat kabar makin berkembang pesat di Hindia-Belanda.

Perkembangan surat kabar di Yogyakarta dimulai dengan diterbitkannya surat kabar Mataram pada tahun 1877 yang menggunakan bahasa Belanda. Selanjutnya, muncul surat kabar berbahasa Jawa, yaitu Darmawarsita pada tahun 1879, diikuti oleh surat kabar Retnodhoemilah yang terbit pada tahun 1895. Dunia pers di Yogyakarta semakin berkembang, terutama setelah diterapkannya kebijakan politik etis. Setelah kebijakan tersebut, para pemuda di Yogyakarta yang tidak terikat pada organisasi manapun mulai menerbitkan surat kabar Sedyatama. Namun, pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, perkembangan surat kabar terhambat karena pengawasan yang ketat, sehingga jumlah surat kabar yang terbit sangat terbatas. Sebagai lembaga sosial yang mempengaruhi opini publik, berbagai surat kabar di Yogyakarta memiliki visi dan misi unik, selain berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, seperti surat kabar Kedaulatan Rakyat dan Harian "Nasional" yang terbit setelah kemerdekaan.

Penerbitan surat kabar Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta berkaitan dengan surat kabar Sedyatama dan Sinar Matahari. Setelah Jepang berhasil merebut kekuasaan dari Belanda dan menguasai Hindia-Belanda, pada 1 Juli 1942 Pemerintah Jepang mengambil alih bekas kantor penerbitan surat kabar Sedyatama dan menggunakannya untuk menerbitkan surat kabarnya sendiri yaitu surat kabar Sinar Matahari. Namun di tahun 1945, setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Yogyakarta, dibantu oleh para pemuda untuk menyegel kantor Sinar Matahari. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, 40 hari kemudian ditanggal 27 September 1945, bekas kantor Sinar Matahari yang telah disegel dibuka kembali, dan di sana diterbitkan surat kabar baru yaitu Kedaulatan Rakyat.

Beberapa minggu setelah Kedaulatan Rakyat terbit di Yogyakarta pasca kemerdekaan Indonesia, setahun setelahnya disusul oleh terbitnya surat kabar Harian "Nasional" di Yogyakarta. Surat kabar ini pertama kali terbit pada 15 November 1946 dengan pendiri bernama Mr. Sumanang yang merupakan tokoh pergerakan dan wartawan sekaligus Kepala Bagian Pers/Pendidikan di kantor besar Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Badan Penerbitan "Nasional" yang menerbitkan surat kabar ini beralamat di Jalan Tanjung No. 21 Yogyakarta. Pada awalnya, surat kabar Harian "Nasional" akan diterbitkan di pusat ibukota Jakarta, tetapi karena adanya pembatasan dari NICA/Belanda, rencana tersebut batal dan penerbitannya dipindahkan ke wilayah Yogyakarta yang dianggap lebih aman dari gangguan kolonial Belanda. Surat kabar Harian "Nasional" diberi nama "Nasional" karena didorong oleh kebutuhan untuk memperkuat semangat nasionalisme pada awal kemerdekaan Indonesia.

Di awal kemerdekaan Indonesia, peran dari surat kabar Kedaulatan Rakyat dan Harian "Nasional" sangat penting bagi masyarkat di wilayah Yogyakarta. Kedua surat kabar tersebut membantu dalam menyebarkan informasi tentang proklamasi kemerdekaan melalui selebaran kilat dan mendukung perjuangan Indonesia, khususnya di wilayah Yogyakarta. Pada masa revolusi fisik ini, surat kabar Kedaulatan Rakyat sangat berperan penting dalam memberitakan situasi, kondisi, dan peristiwa yang sedang berlangsung di Indonesia, terutama di Yogyakarta saat itu. Hal yang diberitakan dari surat kabar Kedaulatan Rakyat pada saat itu mengenai keadaan sosial politik, ekonomi, dan keamanan negara.

Selain itu, peran penting dari surat kabar Harian "Nasional" saat awal kemerdekaan Indonesia bagi wilayah Yogyakarta tidak terlupakan. Hampir sama seperti peran yang dilakukan oleh surat kabar Kedaulatan Rakyat, surat kabar Harian "Nasional" juga turut menyebarkan semangat nasionalisme di Yogyakarta, memperjuangkan kemerdekaan, serta berfungsi sebagai media komunikasi. Selain membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Yogyakarta, surat kabar Harian "Nasional" juga berfungsi sebagai media untuk menyampaikan pengumuman kepada masyarakat Yogyakarta. Pengumuman penting yang disebarkan, seperti ajakan untuk berkumpul dan bersatu dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang telah diraih. Perjuangan dari surat kabar Kedaulatan Rakyat dan Harian "Nasional" yang turut berperan penting pada masa revolusi fisik pantas mendapatkan apresiasi. Hal ini dikarenakan dengan apa yang sudah dilakukan kedua surat kabar tersebut membuat rakyat Indonesia khususnya masyarakat Yogyakarta menjadi termotivasi dalam mengeluarkan semangat nasionalismenya untuk mempertahankan kemerdekaan.

Referensi :

Abdurrachman, S. (2002). Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia. Jakarta: Kompas.

Ahmat, A. (2003). Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Jakarta: Hasta Mitra.

Aji, F. (2018). "Perkembangan Surat Kabar Kedaulatan Rakyat dalam Perpolitikan Masa Kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1950-1967". Jurnal Prodi Ilmu Sejarah, vol. 3(2).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline