Babad Sebagai Bagian dari Historiografi Indonesia
Pengertian Babad
Babad berasal dari bahasa Jawa yang mengandung arti membuka (futuh), seperti ungkapan babad alas (membuka hutan), menundukan, kemenangan, ungkapan babad tanah Jawi berarti kemenangan kerajaan Jawa . babad juga biasa diartikan dengan Bubat yang mengadung arti perang, hal ini dapat dimengerti karena buku-buku babad pertama kali disusun bertepatan dengan awal datangnya Islam ke Jawa.
Didalam babad biasanya mengandung kisah-kisah raja dan ratu yang memerintah di tanah Jawa. Babad merupakan salah satu bentuk historiografi tradisional merupakan bagian dari sastra klasik yang berisi kisah atau cerita yang dikemas dalam bentuk puisi tradisional atau pupuh.
Untuk memahami babad kita perlu memahami weltanschauung masyrakat Hindu-Buddha pada saat itu, yang masih dalam taraf kosmosentris. Roberft Gerldern, berpendapat bahwa kosmosentris Nusantara adalah kepercyaan tentang kesejarahan antara makrokosmos dan mikrokosmos, antara jagat raya dan manusia. Manusia senantiasa berada dibawah penagruh dewa dan benda yang ada pada mata angin. Dewa dan benda mata angin tersebut mempunyai daya sakti dan daya magis yang menentukan keselamatan manusia. Oleh karea itulah, babad banyak mengandung mitologi agar selamat dari dewa-dewa perusak.
Ciri-ciri Babad
Terdapat beberapa ciri yang pertama, babad adalah mitos masyarakat yang berpaham kosmologis, maka historografi diupayakan untuk merekontruksi realitas sebagai entitas yang utuh dengan unsur-unsur hostoris dan mitologis, digabungkan menjadi satu kesatuan yang utuh untuk melegitimasi para raja.
Ciri berikutnya dari babad adalah geneologis. Kekontinuitas geneoligis dari para raja merupakan legitimasi politik yang sanat diperlukan pada mamsa tradisional. Bahkan sampai sekarang pun karisma geneologis masih sangat dihormati dimasyarkat Inndonesia, seperti pendiri kerajaan Demak Raden Fatah dalam pertalian geneologis adalah putra Raja Majapahit dari istri Cina yang dihadikan dari Raja Palembang. Kisah di atas menerangkan geneologi Demak agar tidak terputus dengan dua kerajaan besar terdahulu. Majapahit dan Sriwijaya.
Unsur mitologis pada zaman itu merupakan legitimasi geopolitik kerajaan di nusantara. Bahkan silsilah kerajaan merupakan budaya politik melayu Polinesia, bahwa raja mempunyai dualisme legitimasi: sekuler dan magis (spiritual). Legitimasi sekuler dihubungkan dengan Cina sebagai asal bangsa Polinesia.
Legitimasi sekuler terus berlanjut berlangsung pada masyarakat Melayu sampai datang orang Eropa dan legitimasi magis berubah-ubah sesuai dengan agama yang menjadi panutan para raja. Pada zaman Hindu, raja diberi gelar pandito ratu, gulat, panembahan, dan pada zaman Islam diberi gelar, panotogomo, sultan atau khalifah. Babad bentuk Mahabharata dan Ramayana dalam ranah Melayu menjadi Hikayat Srirama dan Hikayat Mahabharata.
Contoh-contoh dari Babad