Pandemi COVID-19 telah membuka tabir baru dalam dunia investasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Williams Kwasi Peprah, Christopher Ampadu Kwakwah-Oppong, Francis Osei-Kuffour, dan Lenny Leorina Evinita dengan judul "The mediating effect of the COVID-19 pandemic on heuristic techniques and cognitive biases on investment decision-making" menunjukkan bahwa ketika menghadapi ketidakpastian pasar yang tinggi akibat pandemi, para investor di Amerika Serikat cenderung mengandalkan pola pikir dan pengalaman masa lalu untuk mengambil keputusan. Mereka seringkali menggunakan cara cepat dan sederhana untuk menilai situasi, meskipun ada informasi baru yang lebih relevan. Cara berpikir seperti ini disebut heuristik.
Salah satu temuan menarik dalam penelitian ini adalah pandemi COVID-19 semakin memperkuat kecenderungan investor untuk menggunakan heuristik. Mereka seringkali berpegang pada apa yang telah mereka alami sebelumnya untuk memprediksi pergerakan pasar di masa depan. Contohnya, ketika harga saham jatuh drastis, banyak investor memilih untuk menjual saham mereka, meskipun ada analisis mendalam yang menunjukkan potensi kenaikan harga di masa depan.
Temuan ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang mengapa banyak orang membuat keputusan investasi yang terkadang tidak masuk akal, terutama dalam situasi yang penuh ketidakpastian seperti pandemi. Kecenderungan untuk mengandalkan pengalaman masa lalu dan keyakinan diri yang berlebihan seringkali membuat investor mengabaikan informasi penting yang dapat membantu mereka mengambil keputusan yang lebih baik.
Temuan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana cara kita berpikir dapat memengaruhi keputusan investasi, terutama saat menghadapi situasi yang tidak pasti seperti pandemi. Misalnya, banyak investor cenderung terus berpegang pada harga awal suatu saham, meskipun kondisi pasar sudah berubah. Ini menunjukkan bahwa kita seringkali terpengaruh oleh cara berpikir yang tidak logis.
Untuk menghindari kesalahan dalam berinvestasi, kita perlu menyadari bahwa mengandalkan perasaan atau pengalaman masa lalu saja tidak cukup. Kita perlu berpikir secara rasional dan menggunakan data yang akurat untuk mengambil keputusan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa cara kita berinvestasi dipengaruhi oleh usia. Orang muda cenderung lebih berani mengambil risiko, sedangkan orang tua lebih berhati-hati.
Temuan ini memiliki implikasi yang luas. Pemerintah dan lembaga keuangan perlu memberikan edukasi keuangan yang lebih baik kepada masyarakat, agar kita semua dapat membuat keputusan investasi yang lebih bijak. Dengan begitu, kita dapat melindungi diri sendiri dan juga menjaga stabilitas perekonomian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H