Lihat ke Halaman Asli

Sheylauv

Mahasiswa Psikologi UMM

Self Diagnoses pada Remaja

Diperbarui: 30 September 2021   13:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

 Self Diagnoses yang Terjadi pada Remaja

Nama: Sheylha Feby Dwi Radita

Nim:202110230311508

Prodi Psikologi, Fakultas Psikologi,

Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Indonesia

Sheylafeby02@gmail.com

 Self - diagnosis adalah upaya mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang diperoleh secara mandiri dari sumber-sumber yang tidak profesional, misalnya teman atau keluarga, bahkan pengalaman di masa lalu. Padahal, diagnosis diri hanya boleh ditetapkan oleh tenaga medis professional

 

Belakangan ini banyak sekali remaja yang mengalami depresi karna banyak factor, di tambah lagi masa pandemi seperti ini, banyak hoax yang mulai menjadi konsumsi publik sehari hari. Tak hanya itu kita juga menjadi lebih peka terhadap perasaan kita, mulai lan muncul cikal bakal pemikiran buruk, sehingga sedikit saja sesuatu terjadi pada tubuh kita, kita dengan mudah mendiagnosis diri sendiri

Mendiagnosis diri sendiri adalah memutuskan kita memiliki penyakit berdasarkan pengetahuan yang dimiliki atau setelah membaca informasi yang berkaitan dengan keluhan tersebut. Orang yang terbiasa mendiagnosis diri sendiri secara berlebihan disebut cyberchondria (White & Horvitz, 2009).

Sering kali ketika mendapatkan sebuah informasi, seseorang langsung menggeneralisasi yang ia ketahui dengan fakta sekitar. Tanpa informasi yang lebih spesifik dari dokter, pasien tak paham bagaimana menilai gejala mereka. Akibatnya, mereka justru menjadi semakin cemas, ngotot, bahkan obsesif pada diagnosis yang mereka putuskan sendiri. Padahal informasi yang tersebar di luar sana, ada yang bersifat mentah dan butuh proses pemahaman lebih lanjut untuk dapat diaplikasikan. Banyak pasien yang lebih untuk mempercayai informasi yang ada di internet. Alasannya adalah mereka takut pada apa yang dikatakan dokter mengenai keluhannya. Mereka takut jika ternyata keluhannya merupakan gejala dari suatu penyakit yang buruk. Alasan lainnya adalah kurangnya kepercayaan pasien terhadap dokter yang akan menanganinya atau yang telah menanganinya pada kasus yang berbeda (Kim & Kim, 2009).  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline