Lihat ke Halaman Asli

Demi Anak, Saya Tidak Malu Mengerjakan Pekerjaan Serabutan

Diperbarui: 9 April 2021   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Setelah tamat SMA, orangtua saya mempertemukan saya dengan seorang laki-laki yang akan menjadi calon suami saya. Tanpa berlama-lama mereka melangsungkan pernikahan kami. Awalnya saya menolak karna saya ingin melanjutkan studi saya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Tetapi orangtua saya mengatakan perempuan itu mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus rumah tangganya anak dan suaminya bukan pekerjaan kantor. Sebagai anak yang patuh terhadap orangtua maka saya tidak bisa bertahan dengan keinginan saya itu dan mengikuti kemauan orangtua saya.

Akhirnya kami menikah dan dikaruniai dua orang anak. Syukur kepada Tuhan enam tahun berumah tangga berkat selalu melimpah, suami saya tetap menafkahi saya dan anak-anak. Setiap pagi suami saya berangkat kerja dan malam hari pulang membawa uang, walau kerjanya hanya seorang penjual ikan tetapi suami saya setiap hari menyetor uang hasil dari jualannya itu sekitar 250 ribu. Lumayan untuk hidup kami sehari-hari dan beli susu anak.

Suatu hari, pagi-pagi sekali dan seperti biasanya suami saya berangkat kerja, tetapi ketika dia hendak berangkat tiba-tiba saja dia merasa sesak dan tidak lama kemudian dia menghembuskan nafas yang terakhir. Dia pergi untuk selamanya menghadap Sang Ilahi dan meninggalkan duka yang mendalam buat saya. Dia meninggalkan tanggungjawab besar dipundakku dan secara tidak langsung mengatakan kepadaku saya titip anak-anak ya bun.

Mau tidak mau akhirnya saya menggantikan semua tugas suami saya sebagai bapak kepala keluarga dan sekaligus menjadi  ibu rumah tangga. Tugas dan tanggungjawab ini memang berat tetapi untuk menghidupi saya, anak dan mertuaku, akhirnya sayapun melakukan pekerjaan serabutan yang penting halal dan menghasilkan uang. Saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga (menyuci, menyetrika dan membersihkan rumah) sepulangnya dari pekerjaan itu saya langsung ke pasar mengupas bawang di salah satu penjual bawang bahkan mengumpulkan barang bekas.

Saya melakukan pekerjaan itu demi anak-anak saya supaya bisa makan dan minum susu. Demi masa depan mereka, saya berani melakukan pekerjaan apa saja yang penting halal. Saya tidak menyesali hidup saya mengapa bisa begini tetapi saya berjanji dan akan selalu berdoa kepada Tuhan semoga anak-anak saya tidak akan mengikuti jejak saya ini. Saya akan menyekolahkan mereka tinggi-tinggi biar hidup mereka lebih baik lagi dan lebih cerah lagi. Pekerjaan saya ini terlalu berat untuk mereka, saya tidak mau nantinya mereka merasakan apa yang saya rasakan selama bertahun-tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline