Kembalikan percaya dan aku rindu
Malam ini seperti biasanya, aku masih bergelut dengan kebimbangan. Mencari jawaban dari semua kegelisahan dan kecurigaan seperti malam - malam sebelumnya sembari menyapa langit kelam, kusisipkan rindu sekaligus tanya, "akankah ini hanya sebuah kebohongan 'lagi'".
Tuan, tahukah disini aku bergelut dengan rasa percaya, memikirkan kata perkata dari apa yang kau ucap. Bertengkar dengan logika demi terselamatkannya rasa dan terciptanya karsa untukku bertahan.
Aku masih berusaha menyusun tembok yang telah runtuh dan menguatkan kembali ikatan tali diantara kita. Namun masih saja, bukannya membantu malah kau sendiri yang meruntuhkannya lagi dan membuat tali itu hampir terlepas oleh amukan logika yang masih aja menghantui . Jadi, kumohon semoga tuan mengerti betapa sulitnya melawan logika demi hati yang masih saja terluka.
Akankah ini menjadi sebuah kesalahan, jika aku iri pada mereka? dua insan yang sedang memadu cinta ditemani deruan ombak. Sembari menyapa pesona senja dengan indahnya cinta dari dua manusia yang saling berbahagia?
Atau pada mereka yang menikmati hembusan angin malam dari atas motor ditemani perasaan nyaman, oleh telapak tangan kiri yang saling menggenggam erat, dengan menikmati indahnya lampu kota dimalam hari?
Atau malah hanya pada mereka yang menghabiskan malam dengan tertawa bersama melalui panggilan video, bahkan sampai masing-masing dari mereka tertidur pulas tanpa sempat mematikannya? atau yang lebih sederhana lagi mereka yang menghabiskan malam berdua hanya dengan menggunakan panggilan suara?
Ya pada intinya aku iri dengan mereka semua, dan kau pernah memberikannya padaku, dan sekarang aku sedang merindukannya Tuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H