Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau. Kepulauan nusantara yang terbentang dalam keberagaman wilayah geografis menjadikan Indonesia kaya akan berbagai hal, baik sumber daya alam, bahasa, ataupun budaya. Namun, di sisi lain, kelebihan tersebut mampu menjadi permasalahan yang kompleks apabila tidak dapat disikapi atau dikelola dengan bijak oleh berbagai pihak negeri ini.
Dalam satu negara ada beberapa aspek penting, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan adalah pilar penting kemajuan suatu bangsa. Para pendiri bangsa kita juga telah mengamanatkan pengelolaan pendidikan nasional yang dituangkan dalam UUD 45. Saat ini, Indonesia berada pada peringkat 121 dalam ‘Education of Human Development Index’ dari total 187 negara. Ini bukan fakta yang membanggakan, di tengah kenyataan begitu banyaknya problematika yang terjadi pada pendidikan nasional.
Data Komisi Nasional Perlindungan Anak pada tahun 2011 mencatat ada sekitar 11,7 juta anak Indonesia yang belum tersentuh pendidikan. Hal ini tidak sesuai dengan harapan bangsa. Ada beberapa hal yang membuat pendidikan Indonesia tidak selaras dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pertama, kecenderungan pendidikan Indonesia yang semakin elitis dan tidak terjangkau rakyat miskin. Kedua, lahirnya sistem pendidikan yang tidak memberdayakan. Dalam konteks ini, kebijakan yang dibentuk semata-mata untuk mendukung status quo dan memapankan kesenjangan sosial (Darmaningtyas, 2005). Ketiga, kurangnya orientasi pendidikan dalam pembangunan moral. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat anak-anak yang bertindak amoral.
Pendidikan adalah hak setiap warga negara, namun tetap saja masih banyak anak Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. Tingginya biaya pendidikan membuat anak-anak dari kalangan menengah ke bawah tidak mampu menjangkaunya. Kondisi anak-anak di kota-kota besar yang berada di bawah garis kemiskinan mengharuskan mereka bekerja untuk mempertahankan hidup, sehingga mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Sama halnya dengan anak-anak desa yang ekonominya tidak mampu menanggung besarnya biaya pendidikan.
Bisa dikatakan bahwa pendidikan dan kemiskinan itu ibarat dua kutub yang saling berhubungan. Seingkali kemiskinan menjadi penyebab anak didik kehilangan kesempatan atau haknya untuk mengenyam pendidikan. Nah di sisi lain, pendidikan adalah alat untuk mencerdaskan bangsa yang mampu memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri. Melihat fakta kemiskinan di negeri ini, serta melihat fakta masih banyak anak-anak dari keluarga miskin yang kehilangan hak pendidikannya, maka memutus mata rantai kemiskinan melalui pendidikan adalah sebuah keharusan.
Namun dewasa ini, peluang terbesar untuk mendapatkan akses pendidikan yang baik hanya untuk anak orang kaya yang pintar. Dengan ekonomi yang sangat cukup dan didukung dengan cara berpikir yang tinggi, mereka bisa memperoleh pendidikan yang lebih baik. Mereka berpeluang masuk sekolah elit berkualitas dengan sarana prasarana mumpuni untuk proses belajar mencapai pendidikan yang mapan, baik bertaraf nasional maupun internasional.
Peluang kedua untuk mendapatkan akses pendidikan yang baik adalah anak-anak miskin tapi pintar, peluang selanjutnya untuk anak-anak kaya namun dengan pemikiran yang rendah dan peluang terakhir adalah anak-anak miskin dengan cara berpikir rendah, mereka mendapatkan peluang sangat sempit, bahkan bisa dibilang terutup. Salah satunya peluang yang masih terbuka bagi mereka adalah sekolah-sekolah yang mempunyai kualitas rendah, dengan kondisi fisik yang bisa dikatakan memprihatinkan dan minimnya nya sarana-prasarana untuk proses belajar-mengajar. Seperti banyak sekolah-sekolah yang terletak di pedalaman atau pedesaan sehingga jauh dari jangkauan perhatian pemerintah.
Kondisi seperti ini justru akan semakin memberdayakan ketidakadilan dalam pendidikan. Harus diakui, pendidikan merupakan alat untuk mencerdaskan bangsa bahkan untuk mengangkat derajat seseorang. Semakin baik pendidikan masyarakat kita maka otomatis tingkat kemiskinan semakin terputus. Dengan pendidikan yang baik itulah peluang mendapatkan pekerjaan layak akan mudah diraih.
Terlepas dari segala kekurangan sistem pendidikan di Indonesia, yang terkadang masih ikut menyumbangkan deret pengangguran, paling tidak usaha mencerdaskan bangsa dan memutus mata rantai kemiskinan lewat pendidikan harus terus dipupuk demi kajayaan bangsa dan masa depan bangsa yang gemilang. Bagaimanapun, pendidikan adalah modal positif masa depan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H