Indonesia memiliki beragam budaya di setiap daerah. Setiap budaya memiliki keunikan tersendiri setiap daerah nya. Terutama pada daerah Jawa Timur, Malang. Di Kota Malang terdapat cangar budaya Kampung Budaya Polowijen. Dahulu kala Polowijen bernama Panawijen yang merupakna tempat daerah asal Ken Dedes. Kampung budaya ini berdiri pada tahun 2017 tepatnya pada tanggal 2 April setelah 1 hari ulang tahun kota Malang. Berdiri nya kampung budaya ini telah di resmikan oleh Wali Kota Malang. Kampung Polowijen juga merupakan Kampung Budaya terbaik yang berada di Malang dengan menyelenggarakan acara teraktif. Polowijen menglatar belakangi karena memiliki situs budaya seperti Ken Dedes, Sumur Windu dan Situs Makam Mbah Reni. Kampung Budaya ini telah melestarikan budaya-budaya yang ada di tempat tersebut.
Kampung Polowijen ini sangat identik dengan topeng dan wayang, terutama topeng-topeng yang sangat unik. Topeng ini di buat dan di ukir sebaik mungkin sesuai dengan karakter yang diciptakan. Topeng Malangan di buat oleh Mbah reni atau Ki Tjondro Suwono yang di kenal sebagai pencipta topeng tersebut. Setiap Topeng memiliki makna-makna yang berbeda. Topeng akan di gunakan ketika terdapat acara tertentu. Ada juga Temu Topeng. Temu Topeng merupakan acara rutin yang mengumpulkan semua pengrajin topeng maupun seniman topeng dalam rangka nyekar di makam Mbah Reni. Biasanya acara ini akan di iringi dengan tari topeng dan berdoa bersama.
Topeng-topeng yang di buat memiliki arti warna maupun karakter yang berbeda. Topeng yang paling terkenal baiknya yaitu Panji Asmoro Bangun. Ki Demang sang pengagas yang berada di Kampung Budaya Polowijen mengatakan " Raden Panji ini merupakan salah satu karakter protagonis dan memiliki sifat yang baik pada manusia".Topeng Panji Asmoro Bangun ini memiliki warna hijau. Hijau melambangkan karakter seorang Panji yang jujur, gesit, tabah dan berjiwa perwira. Panji di anggap sebagai nenek moyang zaman dahulu kala nya. Raden Panji memiliki watak wajah dengan alis yang tips,hidung yang mancung dan diikuti dengan kumis.
Panji Asmoro bangun memiliki seorang istri bernama Dewi Sekartaji. Dewi Sekartaji di ciri khas kan dengan topeng berwarna putih yang memiliki arti suci. Sifat Dewi Sekartaji telah di gambarkan dalam topeng yang berwatak lembut dan baik hati. Selain hidung yang mancung, di antara alis Dewi Sekartaji terdapat titik emas yang menjadi khas nya. Salah satu penari di kampung Polowijen menampilkan sebuah tarian protagonis dengan tarian yang lembut dengan menggunakan topeng Dewi Sekartaji. Tari yang di tarikan oleh Sella penari topeng tersebut adalah Tari Grebek Jawa. Tarian ini memiliki gerakan yang gemulai dan sangat berbanding terbalik dengan gerakan tarian antagonis yang sangat gesit tarian nya.
Topeng-topeng ini juga akan di jual di KBP yang merupakan pasar topeng yang menyediakan cinderamata dan souvenir. Kampung Budaya Polowijen juga memberikan fasilitas yang lengkap untuk para pengunjung yang datang. Berdasarkan info dari Ki Demang, para pengunjung bisa datang secara gratis di setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Bahkan para pengunjung juga bisa belajar mengukir topeng malangan di Kampung Polowijen. Polowijen juga merupakan tempat wisata edukasi, yang dulunya seperti kampung yang kurang layak di huni. Ki Demang mengatakan "Kampung dengan ciri khas Topeng ini telah di kunjungi sebanyak 40 Negara untuk studi banding". Cangar budaya ini telah meresmikan 100 orang penari topeng dan 60 pembatik.
Seperti yang di katakan Ki Demang, mereka memanfaatkan media sosial untuk memperkenalkan Cangar budaya ini. Dengan begitu topeng-topeng malangan yang menjadi ciri khas Kampung budaya Polowijen ini akan tetap di lestarikan dan banyak orang yang akan mendapatkan edukasi dari Kampung Budaya ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H