Zaman sebelum adanya smartphone, orang biasanya berjualan itu harus terjun lapangan.Mereka harus bertemu langsung dengan klien-kliennya, atau pembeli harus ke tempat yang ingin dituju untuk membeli sesuatu.Memang dirasa jaman sebelum adanya smartphone itu sedikit ribet.Sangat jauh berbeda dengan sekarang, setelah ditemukan smartphone memang hampir semua kegiatan dipermudah oleh smartphone ini, termasuk kegiatan jual-beli.
Lalu di dalam smartphone itu sendiri ada apa saja? Berbagai macam fitur terdapat dalam smartphone, salah satunya adalah fitur sosial media antara lain, BBM, We Chat, Whatsapp, Line, Instagram, dan masih banyak yang lainnya. Tetapi kali ini penulis akan mengulas bagaimana komunikasi online shop yang ada di Instagram.Instgram, siapa yang tidak mengetahui instagram. Semua anak muda hingga orang dewasa tahu apa itu instagram. Tetapi pasti banyak yang tidak tahu apa makna kata instagram itu sendiri. Instagram itu terdiri dari dua kata, instan dan telegram. Instan yang dimaksud disini merupakan sebutan lain dari kamera Polaroid. Polaroid adalah jenis kamera yang bisa langsung mencetak hasil fotonya.Sedangkan telegram sendiri mempunyai maksud sebagai pengirim informasi yang cepat.Jadi secara singkat, Instagram adalah sebagai media untuk membuat foto dan mengkirimkannya dalam waktu yang sangat cepat.Jadi memang betul kalau smartphone itu mempermudah hampir semua kehidupan manusia.
Setelah Instgram terkenal, mulailah muncul pemikiran untuk memanfaatkan fasilitas tersebut untuk mencari celah keuntungan.Dari hal tersebut jelas menarik produsen atau perorangan yang ingin menjualkan produk miliknya.Dengan hanya bermodal gedget yang kita gunakan dan akses internet, kita dapat mencoba suatu bentuk usaha yang dapat ditawarkan kepada konsumen termasuk dalam interaksi jual-beli.Saat ini sudah menjadi tren di dunia, bahkan di Indonesia, yaitu belanja online, atau sering disebut online shop.
Disini penulis ingin mengulas tentang bagaimana komunikasi yang terjadi antara penjual dan pembeli di Instagram.Komunikasi yang terjadi dalam Instagram sangat simpel.Didalam akun instagram yang berisi produk-produk tersebut berisi informasi dari produk tersebut, dan juga berisi format order, bagaimana si pembeli harus mengorder. Didalam info tersebut berisi juga Cp atau contact person dari pemilik akun tersebut. Jadi jika pembeli minat dengan produk yang ditawarkan, pembeli hanya cukup menghubungi penjual dengan cara sms atau chating si penjual dengan melampirkan format order yang sudah tertera dalam informasi yang ada dalam foto tersebut.
Penulis menganalisis menggunakan teori perspektif payiug yang diungkapkan oleh Grant dan Meadows, peralatan perangkat keras dan nilai-nilai sosial dengan mana individu mengumpulkan, memproses, dan bertukar informasi dengan individu lain. Bagian paying tersebut diartikan sebagai sarana untuk memudahkan masyarakat dalam bekerja. Sedangkan gagang paying tersebut sebgai pengguna teknologi tersebut. Yang dimaksud adalah hubungan antara pengguna dan teknologi harus bisa menangani inovasi dari teknologi dan bisa mengontrolnya.
Payung tersebut diibaratkan adalah media sosial Instagram itu sendiri, yang berfungsi untuk bertukar suatu informasi antara produsen dan konsumen. Sedangkan gagang itu adalah produsen dan konsumen itu sendiri, dimana meraka harus dapat menggunakan teknologi secara bijak dan mereka juga harus bisa mengontrolnya.
Jadi, bagi produsen maupun konsumen sesuai dengan perspektif payung, produsen dan onsumen harus bisa mengontrol media sosial, bukan media sosial yang mengontrol produsen dan konsumen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H