Lihat ke Halaman Asli

Sherla Apriyani

Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang

Afiksasi dalam Bahasa Sunda di Daerah Sukabumi

Diperbarui: 25 Juni 2024   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan. Bahasa menjadi budaya yang memesona karena keberagaman bahasa menjadikan penuturnya bilingual. Dengan kekayaan kosakata, tata bahasa, dan ekspresi unik, bahasa daerah juga mencerminkan sejarah, tradisi dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat setempat. Setiap bahasa daerah memiliki keunikan dan ciri khasnya sendiri dari dialek, aksen, serta ungkapan yang digunakan menggambarkan kehidupan sehari-hari dan lingkungan masyarakat setempat. Bahasa daerah sering kali mecakup istilah khusus yang berkaitan dengan budaya, alam, atau tradisi tertentu yang unik bagi daerah tersebut. Misalnya bahasa Sunda, bahasa Sunda sebagai bahasa daerah yang terpakai di wilayah provinsi Jawa Barat. Penggunaan bahasa Sunda ada sebanyak 32,4 juta orang, bahas ini menduduki urutan kedua setelah bahasa Jawa.

Afiksasi merupakan salah satu proses morfologi yang prosesnya umum terjadi dalam bahasa-bahasa di dunia. Afiksasi adalah proses penambahan afiks (imbuhan) pada kata dasar untuk membentuk kata baru atau mengubah makna kata tersebut. Menurut Chaer (2008 : 23) afiks dapat berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan gabungan antara awalan dan akhiran (konfiks). Bahasa sunda juga memiliki proses imbuhan  yang sama disebut dengan kecap rundayan, terbagi dalam beberapa jenis antara lain, rarangkn hareup (prefiks), rarangkn tengah (infiks), rarangkn tukang (sufiks), dan rarangkn barung (konfiks).

Menurut Sudaryat (2007 : 13) Rarangkn hareup (hareupan atau prefiks) nyata anu aya dihareupen kata dasar, n-, ny-, m-, ng-, pa-, pi-, pang-, sa-, si-, ti-, ting-, di-, ka-, ba-, nyang-, pri-, pa-, contohna di- (inum + di- = diinum),  ka- (bogoh + ka- = kabogoh), nga- (dahar + nga- = ngadahar). Rarangkn tengah (seselan atau infiks) nyata anu diseselken  tengah kata dasar, -ar-, -al-, -um-, -in-, contohna -al- (bageur + -al- = balageur), -ar- (arasup = ), -um- (gede + -um- = gumede). Rarangkn tukang (ahiran atau sufiks) nyaeta anu aya ditukangeun kata dasar, -an, -eun, -na, -keun, -ing,  contohna -eun (dahar + -eun = dahareun), -an (genep + -an = genepan), -keun (sampeur + -keun = sampeurkeun). Rarangkn barung (barungan atau konfiks) nyaeta nu napel di hareup jeung tukangeun kata dasar, pa-an, barang-keun, ka-an, pika-eun, sa-eun contohna pa-an (guyub + pa-an = paguyuban), pika-eun (sebeul + pika-eun = pikasebeuleun), ka-an (peuting + ka-an = kapeutingan).

Dengan afiksasi, bahasa Sunda menjadi kaya akan variasi kata yang memungkinkan penutur untuk mengekspresikan berbagai makna dan nuansa dalam percakapan sehari-hari. Variasi lokal seperti di Sukabumi mempunyai tambahan warna tersendiri dalam penggunaan afiks.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline