Lihat ke Halaman Asli

Hilangnya Mata Pencahariaan Penduduk Terdampak Erupsi Semeru: Masalah Pengangguran

Diperbarui: 13 Desember 2021   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak gunung berapi karena terletak di atas tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Australia, dan Pasifik. Adanya fakta ini artinya Indonesia juga harus menghadapi risiko yang ditimbulkan oleh gunung berapi yang masih aktif tersebut. Salah satunya adalah risiko Erupsi. Erupsi adalah proses keluarnya magma dari perut bumi. Proses keluarnya material tersebut terbagi menjadi dua macam, yaitu letusan dan non-letusan.

Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi ketika erupsi pun sangat beragam, mulai dari material padat (bebatuan), cair (lahar), hingga gas (awan panas)

Tentu, adanya erupsi menjadi salah satu ancaman risiko bagi masyarakat di sekitaran lereng gunung berapi di Indonesia. Selain material yang dikeluarkan ketika erupsi membahayakan keselamatan jiwa, erupsi ini juga memberikan dampak kerugian yang besar bagi penduduk yang terdampak.

Salah satu contoh paling nyata adalah pada peristiwa erupsi gunung semeru yang baru terjadi belakangan ini. Mayoritas penduduk lereng gunung semeru yang merupakan petani maupun peternak tak luput dari dampak yang ditimbulkan dari erupsi ini . Dikabarkan lebih dari 3000 hewan ternak mati akibat tak terselamatkan dan 25 HA lahan pertanian hancur dan gagal panen.

Adanya fakta ini membuat timbulnya risiko yang mungkin akan terjadi di masa depan yaitu meningkatnya tingkat pengangguran di wilayah lereng gunung semeru. Akar penyebabnya tentu adalah kehilangannya mata pencaharian penduduk akibat material erupsi gunung berapi merusak lahan pertanian dan peternakan yang menjadi mayoritas mata pencaharian penduduk di lereng gunung semeru. Indikator dari risiko ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pengangguran di sekitaran wilayah terdampak. Risiko ini menjadi milik pemerintah.

Faktor positif atau internal control yang ada saat ini adalah memberikan pendampingan ekonomi bagi korban. Dampak kualitatif yang ditimbulan dari risiko ini adalah adanya kegelisahaan masyarakat akan masa depan karena kehilangan mata pencaharian dan menurunnya tingkat hidup masyarakat sekitar lereng karena kesulitan ekonomi pasca kehilangan mata pencaharian.

Penanganan risiko yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah adalah melakukan progam pemulihan lahan terdampak misalnya dengan pembibitan kembali dan memberikan bantuan langsung untuk memastikan taraf hidup masyarakat terjaga hingga ekonomi dapat bangkit kembali.

Erupsi gunung semeru merupakan bencana nasional yang harusnya menjadi tanggung jawab nasional. Pemerintahan harus meningkatkan kesadaran risiko tidak hanya untuk jangka pendek namun jangka panjang. Pemerintah harus mengambil peran aktif untuk merumuskan kejadia risiko di masa depan serta mencari penanganan yang tepat sehingga dampak yang dihasilkan tidak lah terlalu besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline