Lihat ke Halaman Asli

Sheren Amalia Ferdianti

Universitas Brawijaya

Pengaruh Sistem Rantai Pasok pada Sektor Bisnis dan Ekonomi di Situasi Pandemi

Diperbarui: 2 Oktober 2022   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

          Pandemi Covid-19 disebabkan oleh persebaran Virus SARS-CoV-2 telah menyebar ke seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 269 juta kasus yang dikonfirmasi. Kondisi pandemi tentu mengubah tatanan kehidupan tiap individu dalam berbagai sektor. Bila kondisi pandemi saja mampu mengubah kehidupan seorang individu secara signifikan, apalagi dalam tingkat bisnis dan ekonomi secara global, yang tentu saja amat besar dampaknya. 

          Situasi pandemi memaksa timbulnya ketidakstabilan antara permintaan konsumen dan penawaran oleh perusahaan. Adanya panic-buying pada awal pandemi menyebabkan banyak barang kebutuhan esensial seperti masker, obat-obatan, makanan, dll, menjadi langka persediaannya di pasaran (harga barang semakin tinggi dari biasanya). Berbanding terbalik dengan barang esensial, pembatasan kegiatan di fasilitas umum selama pembatasan sosial membuat pemerintah menganjurkan para pelaku usaha untuk menjalakan program WFH (Work from Home) dan menutup fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat akan barang non-esensial karena mobilitas yang dibatasi. 

          Selain dari pihak perusahaan, mengatasi permasalahan kelangkaan suatu barang di pasaran juga menjadi tantangan bagi sistem rantai pasoknya. Sistem rantai pasok harus menyesuaikan/beradaptasi sesuai dengan kebutuhan berbagai pihak ditengah kondisi pandemi ini. Berikut ini pengaruh rantai pasok bagi bidang ekonomi dan bisnis di masa pandemi. 

 Sistem Rantai Pasok: Tantangan Penyediaan Bahan Baku Bagi Pelaku Ekonomi dan Bisnis 

          Masa pandemi identik dengan adanya lockdown yang diberlakukan di beberapa negara dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia. Hal tersebut membuat banyak produsen/perusahaan kesulitan dalam mendapatkan pasokan bahan baku, sehingga utilitas menurun dan produksi terganggu yang menyebabkan efek domino hingga sampai ke dampak rantai pasok yang terhambat. Apalagi perusahaan yang melakukan impor bahan baku dari negara lain. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola dan mengendalikan risiko adalah aspek kunci dari manajemen rantai pasokan yang efektif. 

          Selain itu, beberapa mitra supplier dan juga mitra rantai pasokan mungkin menutup operasi mereka secara permanen jika tidak dapat menangani dan bangkit dari kerugian dari penghentian sementara ataupun hambatan lain selama pandemi. Misalnya, perusahaan perlu membeli bahan dengan harga lebih tinggi dari supplier lain karena minimnya opsi sumber, atau perusahaan harus berganti mitra dalam rantai pasok mereka, yang bisa saja lebih mahal, lama, dan memakan banyak cost dari biasanya. Bila hal tersebut terjadi, tentu akan membawa pelaku bisnis semakin pada kemunduran, bukannya mendapat keuntungan. Bila terus berlangsung, maka pelaku bisnis akan banyak yang bangkrut dan tidak dapat beroprasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, harga-harga barang menjadi mahal, dan menuju pada kemiskinan masyarakat hingga krisis ekonomi secara global. 

          Mengatasi susahnya mengimpor bahan baku dari luar negeri saat masa pandemi, bisa diatasi salah satunya dengan memasok bahan baku seperti komponen-komponen yang diperlukan dari dalam negeri, sehingga perekonomian dapat tetap berjalan. 

• Sistem Rantai Pasok: Tantangan Penyediaan Barang ke Konsumen 

          Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sektor e-Commerce mengalami pertumbuhan pada masa pandemi, dampak dari adaptasi yang dilakukan oleh perusahaan. Menurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat (2020), penjualan sektor e-Commerce meningkat 26% dari rata-rata bulanan tahun 2019, transaksi harian naik dari rata-rata 3,1 juta menjadi 4,8 juta. Tentu hal ini tidak terlepas dari kontribusi sistem rantai pasok didalamnya. Pihak yang terlibat dalam rantai pasok ikut beradaptasi menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi yang diperlukan oleh perusahaan dan juga masyarakat. 

          Perlu adanya pemanfaatan teknologi informasi canggih yang membantu mereka meningkatkan kemampuan logistik dan sekaligus mengurangi biaya transportasi. Salah satunya adalah penggunaan TMS (Transportation Management System) oleh penyedia jasa logistik. TMS dapat meningkatkan kemampuan pengiriman, baik perusahaan/pelaku bisnis, dan konsumen dapat mengetahui realtime terkini dari suatu barang sehingga dapat menangani kesalahan tepat waktu, membantu pelaku bisnis mengetahui kekurangan dan mengevaluasinya untuk peningkatan layanan mereka, dsb. Sehingga, walaupun dalam masa pandemi yang “sukar” pelaku bisnis dan perekonomian dapat terus berkembang dan berjalan dengan adanya teknologi TMS dari pelaku logistik. 

          Namun, aktivitas pada sistem rantai pasok tidak sepenuhnya dapat dijalankan secara digital. Adaptasi kondisi memunculkan suatu ilmu logistik higienis (hygienic logistics), yang mengusahakan kesehatan dari SDM baik perusahaan (pelaku bisnis), SDM rantai pasok, hingga ke konsumen. Hal tersebut membuat aliran rantai pasok dapat tetap dapat berjalan dengan adanya jaminan akan kesehatan dan meminimkan kekhawatiran berbagai pihak. Dengan SDM yang terminimalisir terkontaminasi virus dengan adanya logistik higienis ini, kegiatan ekonomi dan bisnis dapat tetap berjalan meskipun berada di masa pandemi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline