Lihat ke Halaman Asli

Pahit

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

cerita ini kutuliskan untukmu, sahabatku.. teriring doa dan salamku padamu, agar kau kuat hadapi kenyataan pahit ini.. ketika kutatap matamu, jauh didalam sana, ada luka.. luka yang tak bisa kucerna sedalam apa.. akupun hanya bisa menilai sama dengan yang lain nya, kamu salah... tapi tidak, teman, aku datang menyambangi ruang kamarmu, bukan utk sama seprti lainnya. aku datang untuk menguatkan hatimu, kamu tahu knapa? karena percakapan kita waktu itu.. kamu pernah bilang padaku, kita harus melihat segala sesuatunya dari sisi yang berbeda, kita tidak bisa menyimpulkah hanya dari satu sisi yang kita anggap sebagai kebenaran.. fikiran itulah yang membawaku kepadamu.. aku melihat semburat lukamu.. dalam genggaman tanganmu yang lembut,, ah bayi mu pasti lucu, aku bisa merasakan bahagiamu, sebentar lagi akan jadi mama.. kamu hanya bisa katakan, dan aku terharu mendengarnya.. "aku mencintai bayi mungilku," rasa cinta itu tertanam dalam dalam di hatiku.. aku hanya bisa memeluk mu, menguatkan hatimu.. biarlah orang berkata apa.. bukan kah Tuhan sayang padamu, sampai sebatas apa kau kuat menghadapi kenyataan.. cermin yang kan ku pandangi dalam ruang kosong, sekarang ini.. tak ada teman, tak ada papa, tak ada mama yang menemani.. hanya ruangan 3 kali 4 meter , teriring sesak nafasmu yang sudh mulai merasakan kaki mungil itu brgerak aktif dalam perutmu.. tenanglah temanku, aku datang mendekat padamu, bukan untuk menghakimimu.. aku bukan TUHAN, yang katakan kamu salah... ketika aku mengalami banyak hal dalam hidupku.. aku bisa mencintai apapaun diluaran sana, ketika orang lain anggap tak pantas, ketika orang lain mencaci,, ketika orang lain mulai bergunjing.. tapi ketahuilah, saat seperti orang lain, melakukan itu semua,, dan kau tampil sebagai pemenang, saat kau tetap tersenyum, saat kau tak membalas luka dengan luka, saat kau membela kesedihan.. saat itu, kita berbeda dari mereka,kita memiliki harga lebih dari mereka.. tenanglah sahabatku, aku mendukungmu,, membelamu, dan kelak akan kembali menimang keponakanku yang lucu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline