Lihat ke Halaman Asli

Shendy Adam

TERVERIFIKASI

ASN Pemprov DKI Jakarta

Saya, Mas Anies, dan Mas Ganjar

Diperbarui: 21 April 2023   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ganjar Pranowo dalam satu kesempatan dengan Anies Baswedan dan Ridwan Kamil (Sumber: Akun FB Ganjar Pranowo)

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) secara resmi mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden di pemilihan umum 2024 mendatang. Keputusan ini diumumkan Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri di Istana Batutulis, Bogor, Jumat (21/4).

Majunya Ganjar menyusul nama lain yang sudah lebih dulu dideklarasikan oleh Koalisi Perubahan (Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat) yaitu Anies Baswedan. Sementara Koalisi Indonesia Bersatu (Partai Golkar, PKK dan PAN) dan Koalisi Indonesia Raya (Partai Gerindra dan PKB) belum secara jelas menunjuk siapa jagoan mereka.

Situasi politik masih sangat dinamis. KIB dan KIR masih sangat mungkin bersatu. Pun demikian dengan PDIP yang boleh jadi membuka pintu kerja sama dengan partai/koalisi lain. Bahkan, bukan mustahil Ganjar dan Anies -yang sering dipersepsikan berseberangan---akan dipasangkan menjadi capres-cawapres. Sampai dengan penutupan pendaftaran di KPU pada November nanti semua masih bisa terjadi.

Tulisan kali ini saya batasi hanya pada dua kandidat, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Ada kesamaan di antara mereka berdua dengan saya, yaitu sebagai bagian dari Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA). Saya juga memiliki pengalaman yang cukup personal dengan keduanya. Cerita itu yang ingin saya bagikan.

Saya dan Mas Anies

Kita awali dari Anies Baswedan dulu ya. Urutan ini hanya berdasarkan alfabet lho ya, tidak menunjukkkan preferensi pilihan politik saya.

Mas Anies adalah mantan bos saya. Walaupun dipisahkan jenjang bagaikan bumi dan langit. Mas Anies sebagai gubernur, saya sebagai staf. Nyaris tidak ada interaksi yang sangat personal sebetulnya. Saya tentu mengenal dia, sebaliknya dia tak kenal saya.

Namun, ada beberapa momen di mana kami cukup dekat. Tentu karena alasan pekerjaan. Saya pernah diajak pimpinan saya waktu itu di Balai Kota untuk rapat khusus dengan Mas Anies di meja bundar di ruang kerjanya.

Di lain kesempatan, saya juga pernah diajak rapat khusus di rumah dinas Mas Anies di kawasan Lebak Bulus. Rumahnya cukup unik. Tidak ada pagar tinggi khas rumah orang kaya, meski juga tidak bisa dibilang sangat terbuka. Bukan di dalam cluster/kompleks perumahan, melainkan di permukiman warga biasa.

Jalan menuju rumahnya agak sulit dilalui dua mobil berpapasan. Oleh karena itu, kalau mau ke rumah Mas Anies kita harus parkir di lapangan yang berjarak sekitar 200-300 meter dari rumahnya. Masuk ke dalam rumahnya, tamu biasa akan diarahkan ke area publik berbentuk seperti pendopo/rumah joglo. Konon bangunan kayu ini berusia ratusan tahun.

Satu kenangan lain yang tidak saya lupakan adalah saat memasuki waktu magrib. Karena tamunya banyak, kami salat berjamaah di halaman belakang. Hamparan rumput hijau menjadi alas salat kami, selain sajadah kecil untuk bagian kepala. Membuat kita merasa menyatu dengan alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline