Lihat ke Halaman Asli

Shendy Adam

TERVERIFIKASI

ASN Pemprov DKI Jakarta

Ibu Pertiwi, Jangan Menangis Lagi

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kulihat ibu pertiwi

Sedang bersusah hati

Air matamu berlinang

Mas intanmu terkenang

Hutan gunung sawah lautan

Simpanan kekayaan

Kini ibu sedang susah

Merintih dan berdoa

[caption id="attachment_125680" align="alignright" width="422" caption="Harus menunggu berapa lama lagi Ibu Pertiwi berhenti berlinang air mata?"][/caption]

Petikan lirik lagu ‘Ibu Pertiwi’ di atas rasanya tepat untuk menggambarkan situasi terkini negeri ini. Indonesia, sebuah negara besar dengan penduduk lebih dari 230 juta jiwa, sedang merana. Ya, kita memang tidak sedang dilanda kelaparan layaknya negara-negara di Afrika. Tapi berbagai persoalan yang sedang terjadi di Republik tercinta seolah mengantarkan kita ke pintu gerbang kehancuran.

Inkapabilitas Pemerintah sudah terlalu parah. Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan alih-alih menjadi pengayom rakyat justru sering curhat. Jika memang sudah tidak mampu memimpin NKRI, mengapa maju lagi dalam pemilihan presiden tahun 2009 lalu?

Di periode kedua kepemimpinannya, Susilo Bambang Yudhoyono semakin menunjukkan penurunan performa. Mengantongi dukungan dari 60,8 % pemilih saat itu, SBY-Boediono memiliki basis legitimasi yang cukup besar. Kini, baru dua tahun berselang, SBY diyakini sudah kehilangan banyak dukungan. Kepercayaan publik terhadap rezim ‘Indonesia Bersatu’ kian rendah.

Betapa tidak? Satu demi satu borok pemerintah terbuka. Bahkan Wikileaks pun sempat turut menyebarkan ‘dosa’ SBY. Skandal Century adalah salah satu yang paling menyita perhatian. Ekses kasus tersebut akhirnya menumbalkan Sri Mulyani dan Komjen (Pol.) Susno Duaji. Sayangnya, kasus tersebut menguap begitu saja.

Belum habis rasa penasaran publik, muncul lagi kasus Nazaruddin. Bendahara Umum Partai Demokrat itu disinyalir memanfaatkan posisinya untuk mengeruk keuntungan melalui proyek-proyek di beberapa Kementerian. Pertanyaannya, apakah hasil korupsinya itu hanya dimakan sendiri? Saat masih buron, Nazar beberapa kali berkicau mengenai keterlibatan sejumlah pihak. Kini, Nazar sudah tertangkap. Tetap saja saya tidak yakin kasus ini akan menjadi terang benderang.

Besok, 17 Agustus 2011, Indonesia genap berusia 66 tahun. Kurun waktu yang tidak bisa dibilang sebentar. Masa reformasi juga telah 13 tahun kita lalui. Tapi, mengapa kesejahteraan rakyat seolah jalan di tempat? Mengapa jumlah penduduk miskin dan pengangguran terus bertambah?

Peringatan proklamasi kemerdekaan seharusnya menjadi momentum bagi segenap rakyat Indonesia –termasuk para penyelenggara negara—untuk terus memberikan yang terbaik. Bangsa Indonesia butuh waktu lebih dari 3 ½ abad untuk bisa merdeka. Entah berapa jumlah pahlawan yang harus meregang nyawa demi berdiri dan berdaulatnya negara Indonesia.

Setelah 66 tahun berselang, rakyat Indonesia tidak lagi berjuang mengangkat senjata melawan bangsa asing tapi justru melawan saudara sendiri penghisap darah rakyat (baca: koruptor). Tanggal 17 Agustus tahun ini bertepatan dengan 17 Ramadhan 1432 Hijriah. Semoga di bulan penuh berkah ini Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan anugerahnya kepada bangsa ini untuk bisa melewati berbagai persoalan.

Kulihat ibu pertiwi

Kami datang berbakti

Lihatlah putra-putrimu

Menggembirakan ibu

Ibu kami tetap cinta

Putramu yang setia

Menjaga harta pusaka

Untuk nusa dan bangsa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline