Senyum mengembang selalu terlihat di wajah Jacob Oetama sepanjang Jumat (9/9) malam kemarin. Ia kini pantas ditahbiskan sebagai kaisar media di Indonesia, dengan mengudaranya Kompas TV.
Pepatah lawas mengatakan, “Kota Roma tidak dibangun dalam semalam.” Demikian juga dengan KOMPAS, yang kini sudah layak dikatakan sebagai sebuah imperium media di bawah kekaisaran Jacob Oetama.
Perjuangan Jakob tidaklah mudah. Bersama P.K. Ojong ia mendirikan harian Kompas pada 28 Juni 1965. Kompas bisa melewati pergantian rezim dari orde lama ke orde baru dengan mulus. Kompas juga bisa tetap bertahan selama pemerintahan orba yang dikenal garang terhadap pers. Meski melalui pasang surut, Kompas kini merajai percaturan media massa di Indonesia.
Tak cukup dengan surat kabar nasional, Kompas Gramedia Grup (KKG) juga berkibar di pers daerah (persda) melalui Tribun. Perkembangan yang demikian pesat mulai dekade 1980-an, membuat Kompas melakukan ekstensifikasi bisnis, dengan tetap memfokuskan diri pada bidang media, informasi dan komunikasi. Saat ini, KKG memiliki beberapa anak perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku, percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, hingga universitas.
Kompas juga tidak mau ketinggalan dengan semakin majunya teknologi komunikasi dan informasi (information and communication technology / ICT). Jakob tak mau cepat puas hanya dengan menguasai bisnis media cetak. Pria kelahiran Magelang, 27 September 1931 ini memiliki mimpi untuk bisa melengkapi ‘kerajaan media’ Kompas dengan adanya televisi.
Impian itu sudah pernah direalisasikan melalui TV7, yang kepemilikan saham mayoritasnya ada pada KKG. Sayang, hal ini tidak berlangsung lama. Pada medio 2006 lalu, TV7 dicaplok oleh Para Group yang sebelumnya sudah memiliki Trans TV. Maka TV7 pun berganti nama menjadi Trans7.
Butuh waktu lima tahun bagi KKG untuk bisa kembali mewujudkan harapan Jakob. Jumat (9/9) malam kemarin, mengambil tempat di Jakarta Convention Center, Kompas TV secara resmi menyapa pemirsanya di Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, dan Makassar.
Acara Grand Launching yang bertajuk “Simfoni Semesta Raya” berlangsung sangat istimewa. Kompas TV menyadari betapa first impression memiliki arti penting dalam keberlangsungan sebuah bisnis. Tidak heran jika acara malam itu begitu istimewa karena memang diisi oleh orang-orang terbaik di bidangnya. Bahkan, Simfoni Semesta Raya tak cukup menampilkan satu orang komposer melainkan tiga sekaligus: Erwin Gutawa, Adhie MS dan Andi RIanto. Deretan artis yang tampil pun nomor wahid. Uniknya, Simfoni Semesta Raya juga menampilkan sejumlah musisi, grup hip hop dan penyanyi yang secara popularitas belum terlalu dikenal tapi memiliki kualitas luar biasa.
Selain menjadi peluncuran dan salam perkenalan, Grand Launching tersebut memiliki pesan (message) khusus bagi pemirsa. Simfoni Semesta Raya menunjukkan bahwa Kompas TV berkomitmen pada khasanah kebudayaan dan kearifan lokal. Sebut saja pertunjukkan dolanan anak-anak yang diiringi oleh pendongeng PM Toh di awal acara.
[caption id="attachment_130516" align="aligncenter" width="614" caption="Dolanan tradisional yang kian tergerus budaya impor, tadi malam ditampilkan apik dalam Simfoni Semesta Raya (foto:dokumentasi pribadi)"][/caption] [caption id="attachment_130518" align="aligncenter" width="300" caption="Penampilan istimewa PM Toh (foto: kompas.com)"][/caption]
Tidak banyak media di Indonesia yang secara teguh memegang prinsip untuk memajukan kebudayaan lokal. Satu di antara yang sedikit itu adalah Kompas. Anda yang suka berkunjung ke Bentara Budaya Jakarta di Palmerah tentu sudah mahfum dengan misi budaya Kompas.
Tentu saja Jakob Oetama adalah orang yang paling berbahagia kemarin malam. Duduk di deret kursi terdepan di hadapan panggung, Pak Jakob seolah tak ingin malam itu segera berakhir. Maksud hati ingin mendekati beliau dan melakukan wawancara langsung, sayangnya hal itu sulit sekali diwujudkan.
Meski hanya bisa menyaksikan melalui tayangan rekaman wawancara, saya bisa ikut merasakan kebahagiaan beliau malam tadi. “Dengan berpijak pada nilai kebenaran, mengesampingkan perbedaan, serta mengedepankan keluhuran bangsa demi Indonesia baru, kita menggali relung nilai luhur yang dimiliki bangsa. Menatap masa depan, untuk sebuah intisari pembaruan. Karena Anda, kita, adalah inspirasi Indonesia,” ujarnya mantap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H