Lihat ke Halaman Asli

Shely Nurloka

Mahasiswi Psikologi

Kelola Penggunaan Medsos! Hindari Short Attention Span Syndrome

Diperbarui: 30 September 2024   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Castorly Stock : https://www.pexels.com/id-id/foto/tangan-smartphone-ponsel-pintar-aplikasi-4114787/ 

Tidak diragukan lagi bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin pesat seiring berjalannya waktu. Di era digital saat ini, platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram telah meramaikan panggung dengan video pendek melalui fitur-fitur seperti Shorts Video dan Reels.

TikTok merupakan salah satu platform short video yang belakangan ini sedang ramai di kalangan anak muda, khususnya gen Z. Menurut Hurrdat Marketing, konten berbentuk pendek dapat didefinisikan sebagai konten yang berdurasi di bawah 10 menit atau 1200 kata. Platform ini menawarkan konten video berdurasi pendek (short video) telah mengubah lanskap konsumsi media digital yang membawa dampak positif dengan memudahkan penyebaran informasi dan hiburan yang menyenangkan.

Namun konten-konten di TikTok yang mudah dicerna, menarik, dan kekinian membuat pengguna seringkali ter jebak dalam kebiasaan untuk terus-menerus "scroll" dan mengonsumsi video demi video tanpa henti. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai dampak buruknya jika tidak dikelola dengan baik. Pola konsumsi media digital yang tidak terkontrol ini , dapat mengikis kapasitas perhatian yang disebut Short Attention Span Syndrome.

Kenali Short Attention Span Syndrome

Short Attention Span Syndrome merupakan salah satu isu kritis yang dikaitkan dengan konsumsi konten video pendek secara berlebihan. Dari definisi Cambridge Dictionary attention span adalah the length of time that someone can keep their thoughts and interest fixed on something” yang berarti durasi waktu di mana seseorang mampu fokus dan mempertahankan ketertarikannya pada suatu hal. Sedangkan short attention span mengacu pada kapasitas terbatas individu untuk mempertahankan fokus pada satu tugas, aktivitas, atau subjek untuk jangka waktu yang lama.

konten short video dapat menyebabkan penurunan rentang perhatian dengan mengkondisikan otak kita untuk mencari kepuasan dan hal baru. Ketika kita terus-menerus dibombardir dengan konten short video yang menarik perhatian, kita menjadi lebih sulit untuk fokus pada tugas-tugas yang memerlukan perhatian terus menerus, seperti membaca atau belajar (Bhushan, 2021). Individu dengan Short Attention Span Syndrome mungkin merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas, menindaklanjuti instruksi terperinci, atau terlibat dalam upaya mental dalam jangka waktu lama (Santos-Longhurst, 2019).

Dampak Negatif Short Attention Span Syndrome

Adapun individu yang mengalami Short Attention Span Syndrome mungkin mengalami kesulitan untuk fokus pada tugas dalam jangka waktu yang lama tanpa mudah terdistraksi. Hal ini tentunya menimbulkan beberapa efek negatif menurut Santos-Longhurs (2019), beberapa diantaranya termasuk:

  • kinerja yang buruk di tempat kerja atau sekolah
  • ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari
  • kehilangan detail atau informasi penting
  • kesulitan komunikasi dalam hubungan
  • kesehatan yang buruk terkait dengan pengabaian dan ketidakmampuan untuk mempraktikkan kebiasaan sehat

Tangani Short Attention Span Syndrome

  • Mengambil jeda waktu untuk beristirahat dari screen time

Dengan membatasi akses menonton short video menjadi salah satu cara beristirahat dari screen time dan paparan konten-konten short video. Kita dapat menghapus aplikasi video pendek dari perangkat, tindakan ini memang efektif untuk mengurangi kemudahan akses dan mendorong pengambilan keputusan yang lebih sadar dalam menggunakan konten tersebut (Siclait, 2024).

  • Sadari pemicu

Sangat penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memicu dorongan untuk menggunakan aplikasi, seperti kebosanan atau stres. Dengan mengetahui pemicu ini, pengguna dapat secara aktif mengambil tindakan untuk menghindari atau mengatasi situasi tersebut.

  • Mecari kegiatan alternatif

Merubah kebiasaan menonton short video dengan aktivitas mengalihkan waktu dan energi ke aktivitas yang lebih konstruktif, seperti olahraga, teka-teki, meditasi, atau musik, dan beristirahat secara berkala. Walaupun aktivitas ini terdengar membosankan, hal ini memberikan manfaat ganda, yaitu mengurangi konsumsi konten video pendek dan mendorong perkembangan kemampuan kognitif yang lebih sehingga meningkatkan konsentrasi, perhatian, dan ketajaman mental.

  • Modifikasi lingkungan & interaksi

Seperti yang kita ketahui, setting lingkungan dapat mempengaruhi cara kita berperilaku. Modifikasi lingkungan dapat dengan cara menjauhkan sumber distraksi yaitu smartphone itu sendiri remaja dapat mengarahkan atensi lebih baik kepada tugas yang sedang dikerjakan (Ducharme, 2023). Selain itu, meningkatkan interaksi sosial dengan orang-orang terdekat dapat membantu mengurangi ketergantungan pada konten video pendek untuk memenuhi kebutuhan sosial.


Meskipun kemudahan mengakses konten semacam itu memberikan dampak positif, terlalu banyak mengonsumsinya juga dapat menimbulkan masalah, salah satunya adalah Short Attention Span Syndrome. Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu mengambil langkah-langkah proaktif, serta menerapkan kebiasaan sehat juga dapat membantu mengembalikan kontrol atas rentang perhatian kita. Dengan demikian, kita dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari.


Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline