Lihat ke Halaman Asli

SHELY CAHYA

mahasiswa dalam lingkar sastra dan linguistik

Ekspansi Baliho Kampanye

Diperbarui: 1 Juni 2023   12:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bertebararannya iklan-iklan politik pada papan reklame atau yang biasa disebut dengan baliho saat menjelang pemilu dapat dikatan sudah menjadi culture pada negara Indonesia. Bahkan jauh sebelum pemilu digelar, iklan-iklan dan kampanye politik seakan-akan sudah menginvansi pada tiap-tiap daerah. Baliho banyak ditemukan pada tiap-tiap ruang terbuka yang banyak dilewati oleh masyarakat. Papan besar yang tinggi dan biasanya menyuguhkan foto atau gambar sosok tertentu dengan tulisan-tulisan singkat, padat, namun menarik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Baliho /ba.li.ho/ ialah publikasi yang berlebih-lebihan ukurannya agar menarik perhatian masyarkat (biasanya dengan gambar yang besar di tempat-tempat ramai). 

Merujuk dari Pengertian baliho dalam KBBI, baliho dengan ukurannya yang besar memang sengaja agar menarik perhatian masyarakat, dengan itulah mengapa iklan kampanye dipasang pada baliho dengan menyuguhkan gambar dari salah satu calon yang akan menjadi kandidat yang diiringi dengan tulisan dan juga pose foto sang tokoh tersebut selalu takjauh berbeda dengan lawan lainnya. Tujuannya yang tak lain adalah untuk memberikan infomasi kepada masyarakat dan mengenalkannya. Namun, adalah tujuan lain dibalik iklan kampanye tersebut? Ataukah makna yang tidak muncul pada persepsi masyarakat yang melihatnya?

Semiotika pada dasarnya ialah ilmu menganalisis tanda sebagai objeknya untuk mengetahui makna dibalik tanda tersebut. Sobur (2018) menjelaska baha semiotika merupakan ilmu atau cara menguraikan maupun menganalisis tanda. Terdapat beberapa teori dalam menganalisisnya, yaitu teori Saussure, Pierce, Barthes, dan eco. 

Dalam teori Roland Barthers, analisisnya menekankan pada aspek denotatif dan konotatif. Sobur (2018:128)  menjelaskan bahwa signifikansi tahap pertama ialah relasi antara signifier dan signified pada sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Realitas tersebut adalah denotasi, yaitu makna yang paling nyata dari sebuah tanda, dan konotasi, yaitu istilah untuk signifikansi tahap kedua, yang menggambarkan interaksi yang terjadi saat tanda bertem dengan perasaan. Konotasi mempunyai makna subjektif. Fiske (dalam Sobur, 2018) dengan kata lain denotasi ialah apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah objek, dan konotasi ialah bagaimana menggambarkannya.

Data (1) merupakan salah satu iklan politik pada baliho yang sampat ramai dicibicarakan karena terlalu banyak ditemukan. Dalam analisisnya yang merujuku pada teori Barthes, data (1) sebagai berikut;

1. Signifier (Penanda)

  • Background berwarna merah, oren.
  • Lambang kepala banteng
  • Gambar sekawanan burung sedang terbang
  • Tulisan ”KEPAK SAYAP KEBHINEKAAN”
  • Foto perempuan dengan senyum tipis dan ukuran yang paling besar daripada objek yang lain.
  • Tulisan ”PUAN MAHARANI KETUA DPR RI”

2. Signified (Petanda)

  • Iklan kampanye politik ini sengaja dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi bahwa tokoh yang fotonya tercantum merupakan ketua dari DPRI RI.

3. Tatanan Denotatif

  • Makna denotative dalam konteks ini ialah makna yang dilihat dari observasi pancaindra yang melihatnya (makna yang sesungguhnya) terhadap iklan kampanye tersebut pada baliho. Latar belakang gambar iklan tersebut didominasi warna merah dengan sentuhan warna oren. Tecantum lambing kepala banteng yang diikuti tulisan nama partai “PDI Perjuangan”. Tulisan kepak sayap kebhinekaan dan foto sosok perempuan yang tersenyum tipis yang kemudia diikuti dengan identitas nama “PUAN MAHARANI” dan juga jabatan “KETUA DPR RI”.

4. Tatanan Konotatif

  • Warna background yang didominasi oleh merah membarikan kesan semangat perjuangan, karena warna merah selalu berkaitan dengan semangat. Simbol kepala banteng memberikan informasi atau identitas lain bahwa ketua DPR RI berasa dari partai tersebut, yaitu PDI Perjuangan. Lambing sekawanan burung yang terbang pada iklan baliho tersebut menunjukan kekompakan, bersatu, selalu beriringan, yang mana hal ini juga keterkaitan dengan jargon yang tercantum “KEPAK SAYAP KEBHINEKAAN”. Jargon tersebut mengacu pada semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” sehingga makna dalam jargon tersebut ialah mengingatkan dalam hal keanekaragaman. Identas dengan “PUAN MAHARANI” yang diikuti dengan jabatan “KETUA DPR RI” tersebut bermakna agar masyarakat untuk selalu ingat ketua DPR RI yang mana hal ini juga keterkaitan dengan objek foto perempuan dengan tipis, hal itu usung karena untuk menampilkan citra perempuan yang seolah-olah adalah pemimpin yang berwibawa.

SIMPULAN

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline