Lihat ke Halaman Asli

Shelly Aulia Cahayani

Mahasiswa UNINDRA jurusan pendidikan bahasa Inggris 201912500814

Mengapa Belajar Terasa Sulit?

Diperbarui: 16 Agustus 2023   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belajar mungkin bukan kegiatan rutin yang disukai kebanyakan pelajar terutama Indonesia. Mendengar kata belajar saja terbayang tumpukan buku yang harus dibaca dan dipahami berikut lembar soal yang dikerjakan untuk melatih apa yang sudah dipelajari. Meski keadaan sebaliknya di China, pelajarnya cenderung belajar hingga 9,5 jam sehari disusul Korea Selatan yang 8 jam sehari. Tidak terbayang betapa luar biasanya para siswa-siswi dari kedua negara tersebut.

Di beberapa negara seperti yang disebutkan di atas, belajar seperti sebuah kebutuhan yang patut dipenuhi. Persaingan yang ketat, standar yang tinggi dan budaya menjadi sebab mengapa orang-orang di China, Korea, Jepang sampai Brazil memiliki durasi belajar yang sangat lama. Kita tentu tidak harus sampai meniru lama belajarnya, melainkan semangat belajar mereka.

Menurut Witherington (1952); "Belajar adalah perubahan perilaku yang terwujud dalam bentuk skill, tata krama, kebiasaan, ilmu, dan keahlian baru". Ini berarti dengan belajar kita yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Namun, pernahkah terpikir mengapa seseorang belajar namun ilmunya tidak masuk-masuk padahal semangat sudah 45? Hal itu bisa jadi karena ada etika atau akhlaq yang tidak terpenuhi sehingga ilmunya sulit meresap.

Segala sesuatu ada etikanya. Etika dalam makan saja ada aturannya yang terkenal dengan istilah table manner. Pun dalam belajar, ada etika yang terpenuhi agar ilmu yang diajarkan guru meresap ke penimba ilmu. Sutisna dkk. (2020) menyebutkan etika dalam belajar yang terdiri dari: 1) membersihkan diri dari akhlak buruk, 2) mengurangi kesibukan yang bersifat dunia, 3) taat dan mendengarkan nasehat guru, 4) menghindari membanding-bandingkan pengajar, 5) mengacuhkan ilmu pengetahuan, 6) fokus pada suatu ilmu yang dipelajari, 7) memahami ilmu sesuai dengan tahapanya, 8) mengetahui penyebab gagalnya dalam belajar, 9) mengetahui tujuan pembelajaran, 10) mengetahui kaitan ilmu yang dipelajari.

Dalam islam juga ada akhlak dalam belajar. Sa'id Hawwa seperti yang dikutip oleh Ahmad Tafsir menjelaskan kewajiban pelajar dalam proses belajarnya adalah

  • Murid harus mengedepankan kesucian jiwa. Ibarat beribadah, menimba ilmu tidak akan sah jika masih ada kekotoran di dalam hati. Jika seorang murid hatinya suci, akan terlihat dari akhlaknya.
  • Murid harus membatasi keterikatan dan ketertantungannya pada urusan duiawi yang berpotensi melalaikannya dari menuntut ilmu. Seseorang harus seratus persen dalam belajar sehingga pikirannya terfokus pada ilmu dan tujuan belajarnya.
  • Rendah hati kepada orang yang berilmu, tidak bersikap seenaknya kepada guru dan patuh. Menjaga diri dari mendengarkan perpedaan pendapat dan perdebatan. Perbedaan pendapat itu hal yang biasa namun agar tidak membingungkan pikirannya sebaiknya dihindari sampai sudah sampai belajarnya tahap yang lebih lanjut.
  • Penimba ilmu harus mendahulukan mendalami ilmu yang paling pokok untuknya. Jika dari segi usia, pemikiran sudah lebih matang dan siap maka barulah memelajari ilmu yang lain.
  • Tidak menggeluti beberapa ilmu bersamaan, melainkan  dimulai dari yang paling utama dulu.
  • Tidak memasuki cabang ilmu sebelum menguasai cabang ilmu sebelumnya. Karena ilmu itu sifatnya bertahap dan berurutan.
  • Sebaiknya mengetahui yang mana ilmu yang paling mulia yang diketahui dari hasil belajarnya. Misalnya output belajar ilmu agama ialah kehidupan yang baik dan berkah, sedangkan hasil belajar ilmu kedokteran ialah kehidupan yang fana. Jadi belajar ilmu agama lebih utama dan baiknya didahulukan baru setelahnya belajar ilmu kedokteran.

Etika belajar dan akhlak dalam belajar hampir-hampir mirip, keduanya menekankan pada sikap penuntut ilmu dalam belajar dengan berfokus pada hal-hal yang inti seperti adab, niat dan semangat. Di samping akhlak dan etika dalam belajar, hal yang tak kalah penting adalah seseorang juga seyogyanya bijak memilia kawan bergaul dalam menuntut ilmu. Dalam berteman pastinya penting untuk memilih orang dengan perangai yang baik, berakal, yang berpegang teguh dalam agamanya, yang berbudi luruh dan lain sebagainya.

Jangan menyerah dalam belajar serta menimba ilmu karena ada keberkahan dalam menimba ilmu, karena ilmu akan banyak berguna untuk kita hidup. Namun, kita tetap perlu mengutamakan adab dalam menimba ilmu dengan memperhatikan akhlak belajar dan etika menuntut ilmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline